PT Pertamina (Persero) akhirnya buka suara mengenai penyebab tak tercapainya produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) di Blok Mahakam selama Semester I tahun 2018. Salah satu penyebabnya adalah kendala pada proses pengeboran.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan saat proses pengeboran ada beberapa unit sumur yang dimatikan karena alasan keamanan. Akibatnya produksi Mahakam terganggu. "Saat kami melakukan pemindahaan rig ke sana ada beberapa sumur yang harus dimatikan," kata dia di Jakarta, Rabu (11/7).

Penyebab lainnya adalah kondisi Blok Mahakam yang semakin tua dan mengalami fase penurunan secara alamiah. Jadi, Pertamina terus menjaga penurunan produksi tersebut.

Syamsu membantah, kinerja lifting Pertamina, termasuk di Blok Mahakam tidak mencapai target terkait dengan status Direktur Utama yang masih Pelaksana tugas (Plt). “Tak ada kaitannya. Ini karena tidak harus mengambil keputusan di Direktur utama," kata dia.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan sudah membahas kinerja produksi itu kepada Pertamina. "Di level Persero kami sudah diskusi, tapi karena Direktur Utamanya masih Pelaksana Tugas (Plt) belum bisa ambil keputusan cepat dan keputusan strategis," kata dia di Jakarta, Jumat (6/7).

Namun, perusahaan pelat merah itu kini optimistis masih bisa mengejar target lifting tahun ini. Salah satunya caranya adalah meminimalkan terganggunya produksi dengan mematikan sumur secara parsial.

Cara lainnya adalah meningkatkan kegiatan pengeboran. “Itu belum tercapai target selama satu tahun. Jadi kami memang harus ada effort," kata Syamsu.

Dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) tahun ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan Pertamina di Blok Mahakam. Di antaranya pengeboran sumur pengembangan sebanyak 69 sumur.Hingga awal Juni, sudah 13 sumur pengembangan yang sudah dibor.

Selain itu ada pengerjaan ulang (workover) sebanyak 132 sumur. Ada juga perawatan 5.623 unit sumur, serta kegiatan pengembangan lanjutan (Plan of Further Development/PoFD) di lima lapangan.

Tahun ini, Pertamina menganggarkan sekitar US$1,7 miliar atau sekitar Rp 23 triliun untuk Blok Mahakam. Dana itu terdiri dari belanja modal sebesar US$ 700 juta dan biaya operasional sebesar US$ 1 miliar.

Mengacu data SKK Migas, lifting minyak PT Pertamina Hulu Mahakam selama enam bulan terakhir hanya mencapai 46.376 bph. Padahal targetnya di APBN 2018 sebesar 48.271 bph.

(Baca: Kinerja Blok Mahakam Dinilai Lebih Tinggi daripada Prediksi Total)

Tak hanya minyak, lifting gas PHM gagal mencapai target. Capaiannya 916 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau 83,3 persen dari target 1.100 mmscfd.

Reporter: Anggita Rezki Amelia