Penggabungan Blok Mahakam dan Tengah hingga kini belum terealisasi. Alasannya karena masih menunggu kontrak Blok Tengah berakhir.
Direktur PT Pertamina Hulu Mahakam Ida Yusmiati mengatakan Blok Mahakam sebenarnya sudah mengamendemen kontraknya April lalu. Namun, kontrak Blok Tengah berakhir 4 Oktober 2018.
Alhasil, penggabungan dua itu akan berlaku efektif setelah kontrak Blok Tengah berakhir. “Efektif oktober 2018," kata Ida kepada Katadata.co.id, Senin (2/7).
Meski begitu, sebenarnya Pertamina sudah menjadi pengelola Blok Tengah. Ini terhitung sejak perusahaan pelat itu mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam 1 Januari 2018.
Begitu, pengelolaan Blok Mahakam beralih dari Total E&P Indonesie ke Pertamina, saat itu juga mereka menjadi operator. "Dari dulu sebetulnya operator Blok Tengah dirangkap Pertamina Hulu Mahakam. Ini karena aset Blok Tengah merupakan unitisasi dengan blok Mahakam," kata Ida.
Adapun pemerintah menyerahkan pengelolaan 100% Blok Tengah ke Pertamina Mei lalu. Blok Tengah nantinya akan tetap menggunakan skema cost recovery. Artinya biaya operasional yang dikeluarkan kontraktor diganti negara.
Salah satu alasan penggabungan itu adalah struktur Blok Tengah yang tergabung di Mahakam. Alhasil ini bisa menjadi ekonomis jika pengelolaannya digabung.
(Baca: Lifting Gas Bumi Enam Kontraktor Masih di Bawah Target)
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), hingga 30 April 2018, produksi siap jual (lifting) gas Blok Mahakam hanya mencapai 951,8 mmscfd. Padahal targetnya 1.100 mmscfd.