Seluruh Bisnis Kilang Pertamina Akan Ditangani Anak Usaha

KATADATA
Kilang Minyak
Penulis: Arnold Sirait
29/1/2018, 18.11 WIB

PT Pertamina (Persero) akan mengalihkan seluruh bisnis kilang ke anak usahanya yang baru yakni PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Anak usaha ini dibentuk PT Pertamina (Persero) dan PT Pertamina Dana Ventura (PDV) pada 13 November 2017.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan semua proyek kilang Pertamina akan ditangani anak usaha. “Iya benar,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (29/1).

Adapun saat ini Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional dijabat Achmad Fathoni Mahmud. Sedangkan Ardhy N. Mokobombang yang juga Direktur Mega­proyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina menjabat Komisaris Utama di KPI.

Saat ini KPI sudah menandatangani kerja sama dengan perusahaan asal Rusia Rosneft untuk kilang Tuban. Kerja sama itu dibuktikan dengan mendirikan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) November tahun 2017. Pertamina memiliki saham 55% di perusahaan itu dan sisanya Rosneft.

Pertamina memang memperoleh penugasan dari pemerintah untuk peningkatan kapasitas kilang dengan mutu produk berstandar internasional. Di antaranya adalah kilang minyak di Balikpapan, Balongan dan Cilacap.

Selain itu, Pertamina juga memiliki proyek pembangunan kilang baru di Tuban dan Bontang. Kilang Tuban memiliki kapasitas 300 ribu barel per hari dengan total nilai investasi kurang lebih US$ 15 miliar. Sedangkan kilang Bontang membutuhkan investasi US$8 miliar.

Dalam keterangan persnya tertanggal 9 Desember 2017, Ardhy pernah mengatakan kapasitas total kilang Pertamina saat ini adalah 1,04 juta barel per hari dengan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) 600 ribu barel per hari. Adapun kebutuhan dalam negeri di tahun 2015 sebesar 1,17 juta barel per hari dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,5 juta barel per hari tahun 2025.

(Baca: Pertamina-Rosneft Resmi Bentuk Perusahaan Patungan Kilang Tuban)

Jika tidak ada peningkatan produksi BBM nasional, maka Indonesia akan mengalami defisit BBM hingga 900 kbd di tahun 2025. Angka itu setara dengan sekitar empat sampai lima kilang baru berkapasitas masing-masing 300 ribu barel per hari atau bisa produksi BBM sekitar 200 ribu barel per hari setiap kilangnya.