(Baca: Tekan Biaya, SKK Migas Akan Periksa Proyek Jambaran Tiung Biru)

Menurut Adriansyah agar pengembangan lapangan tersebut ekonomis, pemerintah juga harus memberikan insentif. Apalagi PT Pertamina EP Cepu telah mengeluarkan belanja modal yang tinggi di proyek tersebut. Jadi jika harga gas lebih rendah bisa menyebabkan lapangan tidak ekonomis.

Sebagai informasi fasilitas pengolahan gas Tiung Biru akan dibangun dengan kapasitas 330 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Namun, karena gas dari lapangan tersebut banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 35 persen, maka gas yang bisa terjual hanya 172 mmscfd.

(Baca: Gas Tiung Biru Bisa Jadi Alternatif Pasok Pembangkit Tambak Lorok)

Adapun cadangan gas dari lapangan tersebut diperkirakan akan habis pada 2044 atau 2045. Itu dengan asumsi diproduksi sebesar 172 mmscfd.

Halaman: