Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menawarkan pengelolaan Blok Rokan, Riau kepada Chevron Indonesia dan PT Pertamina (Persero). Kontrak blok ini akan berakhir pada 2021 mendatang.
Penawaran kepada Chevron ini sudah disampaikan saat Menteri ESDM Ignasius Jonan berkunjung ke Amerika Serikat pekan lalu. Dalam lawatannya itu, ia berkunjung ke kantor pusat Chevron dan bertemu dengan para petingginya.
(Baca: Pemerintah Dua Kali Surati Chevron Pertanyakan Nasib Blok Rokan)
Ketika itu, Jonan meminta agar Chevron segera mengusulkan rencana pengelolaan Blok Rokan jika berniat memperpanjangnya. “Kami mengatakan pada Chevron, kalau mereka berharap Rokan diperpanjang itu usulan mereka apa. Coba sampaikan ke kami," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/8).
Usulan tersebut juga untuk menentukan jenis kontrak setelah berakhir 2021, apakah menggunakan skema gross split atau bagi hasil konvensional. Apalagi saat ini sudah ada Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 tahun 2017 mengenai gross split.
Aturan itu menyebutkan untuk kontrak blok migas yang diperpanjang, pemerintah dapat memutuskan antara melanjutkan jenis kontrak yang sudah ada (PSC) atau mengganti kontrak baru dengan gross split. “Kami lihat usulan Chevron harus yang terbaik untuk negara," kata Jonan.
(Baca: Chevron Dapat Perpanjang Kontrak Blok Rokan Asal Pakai Gross Split)
Selain Chevron, Jonan juga menawarkan blok ini kepada PT Pertamina (Persero). Untuk itu, perusahaan pelat merah itu juga harus menyerahkan proposal rencana pengembangan Blok Rokan kepada pemerintah.
Nantinya pemerintah akan mengevaluasi proposal Pertamina terhadap pengelolaan Blok Rokan setelah berakhir 2021. "Kami juga akan undang Pertamina, apakah berminat atau tidak," kata Jonan.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam pernah mengatakan blok yang masih dikelola Chevron Indonesia ini memang menjadi salah satu incaran Pertamina untuk diambil alih. Meski sudah tergolong blok tua, Blok Rokan memang masih memiliki potensi yang besar. Blok ini bahkan menjadi penyumbang produksi minyak terbesar di Indonesia.
(Baca: Pertamina Lebih Tertarik Blok Rokan Ketimbang 8 Blok Penugasan)
Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak di Blok Rokan selama kuartal I tahun ini turun menjadi 230.170 bph. Padahal, pada periode sama tahun sebelumnya, produksi blok tersebut bisa mencapai 264.692 bph.