PT Pertamina (Persero) mengajukan perubahan kontrak proyek kilang minyak di Tuban dan Cilacap kepada mitranya, yakni Rosneft dan Saudi Aramco. Perubahan kontrak ini mencakup klausul pembeli minyak hasil olahan kilang tersebut.
Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, awalnya seluruh minyak hasil olahan kilang itu akan dibeli Pertamina. Namun, setelah dievaluasi, perusahaan pelat merah tersebut tidak mampu menyerap semua hasil produksi.
(Baca: Jadi Offtaker, Pertamina Minta Saham di Kilang Swasta)
Salah satu alasan Pertamina tidak bisa menyerap seluruh minyak dari kilang itu adalah pembukuan keuangan. Jika Pertamina menyerap penuh hasil serapan produk kilang, maka beban utang Rosneft dan Saudi Aramco sebagai mitra akan tercatat juga. Hal tersebut dinilai akan mengganggu arus kas perusahaan.
Alhasil, Pertamina akan menegosiasikan kembali dengan Rosneft dan Aramco untuk ikut menyerap hasil produksi kilang sesuai dengan porsi hak kepemilikan mereka masing-masing di kilang tersebut. "Kalau sesuai dengan sharing equity, maka sesuai share-nya saja yang dibukukan," kata Rachmad di Jakarta, Selasa (6/6).
Ia mengatakan keinginan berbagi pembelian minyak itu sudah disampaikan kepada Saudi Aramco dan Rosneft. Pertamina menyampaikan hal itu sebulan yang lalu kepada Aramco. Namun, hingga kini belum ada jawaban karena mereka masih berdiskusi dengan induk perusahaan di Arab.
(Baca: Pertamina - Saudi Aramco Bikin Perusahaan Patungan Kilang Cilacap)
Sementara itu, terkait Rosneft di Kilang Tuban, Pertamina baru akan mengajak perusahaan asal Rusia itu untuk mendiskusikannya pada Rabu ini. "Besok (hari ini) kami akan bicara sama Rosneft," kata Rachmad
Sebagai informasi, Kilang Tuban ditargetkan berkapasitas 300 ribu bph. Kilang ini mamakan investasi sekitar US$ 12-15 miliar. Awalnya kilang ini ditargetkan berproduksi 2021, tapi mundur ke 2023. Pertamina mengempit porsi hak kelola sebesar 55 persen di proyek ini dan sisanya milik Rosneft.
(Baca: Pertamina dan Rosneft Setor US$ 400 juta untuk Kilang Tuban)
Adapun di Kilang Cilacap, Pertamina memegang hak kelola 55 persen dan 45 persen dipegang Arab Saudi. Kapasitasnya 370 ribu bph. Investasinya sekitar US$ 5 miliar. Awalnya kilang ini ditargetkan bisa produksi lebih cepat pada 2021, namun mundur menjadi 2023.