Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Mobile Power Plant (MPP) di Jayapura, Papua, resmi dimulai. Pembangunan pembangkit yang merupakan tahap awal dari program listrik 35 ribu Megawatt (MW) di Papua ini ditandai dengan peletakan batu pertama konstruksinya oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (9/5). 

Pembangkit ini didesain dengan dua jenis bahan bakar yakni minyak dan gas, sehingga bisa menghemat biaya operasi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Untuk mengoperasikannya, PLN perlu menyiapkan Bahan Bakar Minyak (BBM) sekitar 198 kiloliter per hari dan 6.577 MMBTUD gas.

(Baca: PLN Dapat Harga Lebih Murah dari LNG Tangguh untuk Proyek Jawa 1)

Menurut Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama PLN Supangkat Iwan Santoso,  jika menggunakan BBM maka PLN bisa berhemat sekitar Rp 220 juta per hari. Sementara dengan gas bumi penghematannya mencapai Rp 383 juta per hari.

Ia berharap, proyek tersebut bisa selesai tahun ini. Apalagi kontraknya sudah ditandatangani sejak 21 Desember tahun lalu. “Targetnya selesai bulan September 2017,” kata dia berdasarkan keterangan resminya, Rabu (10/5).

(Baca: PLN Targetkan 365 Desa di Wilayah Papua Terlistriki Tahun Ini)

Pengoperasian PLTMG ini akan meningkatkan daya mampu dari sistem Jayapura hingga lebih dari 80%. Dengan begitu, sistem ini menjadi lebih handal dan memberikan peluang penambahan penyambungan pelanggan dan investor baru.

Untuk membangun pembangkit ini, PLN membutuhkan dana investasi Rp 786 miliar. Namun, proyek ini juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 448 orang pada saat beban puncak.

(Baca: Dukung Kawasan Ekonomi Khusus, PLN Bangun Pembangkit di Morotai)

Sebagai gambaran, PLTMG MPP Jayapura 50 MW dibangun di Desa Holtekam, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua dibangun diatas area 2,2 Ha.  Dalam program 35.000 mw, Papua dan Papua Barat akan mendapatkan tambahan daya sebesar 320 mw.