KATADATA – PT Pertamina (Persero) menyatakan dukungan terhadap Program Indonesia Terang yang digagas pemerintah. Perusahaan minyak dan gas negara ini menyiapkan dana hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun untuk membangun pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) dalam lima tahun ke depan.
“Pertamina siap untuk mengembangkan program 1.000 MW (megawatt) berbasis energi baru terbarukan dalam lima tahun kedepan dan ini diperkirakan total kps-nya sekitar US$ 2 milyar,” ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam keterangannya, Minggu (6/3).
Dwi mengatakan masa depan energi bukanlah minyak dan gas bumi melainkan energi baru terbarukan, karena itu Pertamina akan serius mengembangkan energi baru terbarukan. Proyek pembangkit yang akan dibangun Pertamina akan difokuskan di Indonesia Timur. (Baca: Tiga Negara Eropa Incar Proyek Energi Baru Terbarukan)
Salah satu yang akan dibangun adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 50 MW di Nusa Tenggara Barat. Pembangunan proyek ini dilakukan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Rencananya Pertamina akan membangun 30 proyek serupa hingga 2019.
Selain itu, Pertamina juga akan bekerjasama dengan PT EMI untuk melakukan audit energi. Hasil audit energi ini akan menjadi acuan dasar program konservasi Pertamina ke depan, dalam mengelola energi agar bisa lebih efisien.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan rencana Pertamina membangun pembangkit di Timur Indonesia merupakan terobosan besar. Pembangkit yang akan dibangun pun kapasitas cukup besar bagi daerah tersebut.
Komitmen Pertamina ini, kata Sudirman, akan sangat membantu untuk memperkuat usaha-usaha untuk membangun energi baru terbarukan di wilayah-wilayah Indonesia. khususnya di wilayah Indonesia Timur yang masih banyak belum terlistriki dan terisolir. (Baca: ESDM Targetkan 54 Persen Pembangkit 35 GW Dibangun Tahun Ini)
Sudirman menjanjikan listrik yang dihasilkan dari pembangkit Pertamina akan dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Perjanjian kerjasama jual beli listrik antara Pertamina dan PLN akan ditandatangani dalam waktu dekat. Pemerintah pun akan memonitor langsung kerjasama ini.
“Pertamina siap investasi dan PLN membeli. Apabila nanti ada gap kami akan turun tangan meyakinkan program ini berjalan,” ujar Sudirman.
Seperti diketahui, Pertamina dan PLN sempat berseteru mengenai harga jual listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, yang kontraknya habis akhir tahun lalu. PLN menganggap harga listrik dari pembangkit tersebut mahal, sedangkan Pertamina mengaku tidak pernah menaikkan harga.
Perseteruan ini meluas hingga perang pernyataan di media. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun Rini Soemarno memanggil kedua perusahaan tersebut pada 5 Januari lalu. Akhirnya PLN dan Pertamina bersepakat menandatangani perjanjian jual beli uap dan listrik. Harganya mengacu pada audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
(Baca: Setelah Kamojang, Pertamina dan PLN Ribut Lagi Harga Gas ONWJ)