KATADATA ? Target lifting minyak tahun ini dinilai akan sulit tercapai. Blok Cepu yang menjadi andalan untuk mengejar target tersebut, ternyata berjalan tidak sesuai rencana.

Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto memperkirakan lifting minyak tahun ini hanya akan tercapai paling tinggi 800 ribu barel per hari. Angka ini lebih rendah dari target Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 yang mencapai 825 ribu barel per hari.

"Tahun ini sepertinya tidak tercapai karena realisasi akhir Juli di bawah 800 ribu barel per hari. Itu berat," kata dia kepada Katadata, Selasa (18/8). Hingga akhir Juli, lifting minyak tercatat hanya 762 ribu barel per hari.  

Dia mengatakan akan sulit bagi pemerintah untuk mengejar target lifting tahun ini. Meski harga minyak dunia naik pun, target lifting tidak mungkin bisa tercapai. Bahkan, meski pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memberikan insentif pun, dampaknya tidak akan langsung bisa terasa pada produksi minyak tahun ini.

Ada beberapa faktor yang membuat dia yakin target tersebut tidak tercapai, salah satunya kondisi sumur migas yang sudah semakin tua. Sumur migas yang semakin tua, membuka peluang pemberhentian operasi yang tidak direncanakan (unplanned shutdown), semakin besar.

Di sisi lain, kata dia, ada kemungkinan Blok Cepu yang diandalkan untuk mengejar target, belum bisa berproduksi secara penuh tahun ini. Puncak produksi Blok Cepu akan tertunda baru bisa dilakukan pada tahun depan. Hingga saat ini pemerintah masih optimistis bisa mencapai target lifting jika lapangan minyak di Blok Cepu bisa berproduksi secara penuh. Puncak produksi Blok Cepu sebenarnya mencapai 165 ribu barel per hari. Namun, pemerintah akan menggenjot hingga 205 ribu barel per hari.

(Baca: Puncak Produksi Blok Cepu Terancam Mundur ke Awal 2016)

Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Cahyono menyatakan produksi dari Blok Cepu selalu menjadi andalan pemerintah untuk memenuhi target lifting migas dalam beberapa tahun terakhir. Namun, target itu selalu meleset karena proses produksinya menghadapi sejumlah masalah teknis.

?Project ini on (mulai) saat ada kebijakan atau aturan baru yang harus dilalui. Kemudian saat sudah mulai jalan, ada hambatan teknis mengenai penanganan reinjection gas sehingga terjadi keterlambatan,? katanya.

Sejak Juli lalu, lapangan Banyu Urip mulai berproduksi dengan kapasitas produksi yang terus meningkat. Namun, laju produksi tersebut tidak sejalan dengan tren penurunan harga minyak dunia sehingga sulit mengharapkan produksi dari blok itu mencapai puncaknya pada akhir tahun ini. ?Bukan karena dia (ExxonMobil Cepu Ltd) tidak mau menjual, (tapi) karena untuk melindungi investasinya,? imbuh Agus.

Karena itulah, dia memperkirakan, target puncak produksi Blok Cepu pada November 2015 akan meleset dan mundur ke awal tahun depan. ?Kemungkinan agak meleset sedikit di awal tahun 2016. Saya dapat laporan seperti itu,? ujar Agus.

Meski demikian, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengaku akan terus bekerja keras mengejar target lifting tahun ini. Dia mengakui bahwa puncak produksi Blok Cepu akan mundur akibat terjadinya kerusuhan pada 1 Agustus lalu. Namun, mundurnya puncak produksi tidak akan sampai tahun depan.

"Produksi puncal awalnya diprediksi Oktober sampai November, mungkin akan mundur dua minggu. Kami kerja keras untuk kejar target," ujar dia. (Baca: Sembilan Proyek Migas Bakal Berproduksi di Semester II)

Reporter: Arnold Sirait