KATADATA ? Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir. Targetnya hingga 2025, ada lima pasang reaktor nuklir untuk pembangkit dengan kapasitas 10.000-14.000 megawatt (MW).

Nasir mengatakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ini penting untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Apalagi nuklir merupakan sumber yang mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas yang sangat besar.

"Saya rasa sudah waktunya (membangun PLTN), kalau nggak Indonesia akan ketinggalan. 2025, sudah harus terbangun reaktor 5 couple. Kalau satu satu menghasilkan 1.400 MW. Maka total 14.000 MW, minimal 10.000 MW lah," kata dia di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/5).

(Baca: Wakil Presiden dan Menteri ESDM Berbeda Pandangan Soal Nuklir)

Dia mengakui saat ini masih banyak kekhawatiran masyarakat mengenai risiko yang mungkin ditimbulkan dengan pembangunan PLTN ini. Menjawab hal ini, pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir (BATAN) untuk membangun laboratorium PLTN di Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Pembangunan laboratorium nuklir ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan nuklir sebagai sumber tenaga listrik. BATAN juga sedang menggarap proyek percontohan pemanfaatan energi nuklir atau reaktor daya nonkomersial (RDNK) berkapasitas 30 MW di Serpong. Proyek ini ditargetkan mulai dikerjakan pada 2016 dan beroperasi pada 2020.

Saat ini pembangunan laboratorium tersebut, sudah memasuki tahap pembahasan anggaran. Sebelumnya, juga sudah menyelesaikan detail rancangan enginering, uji tapak, dan uji kelayakan (feasibility study). Targetnya laboratorium ini mulai dibangun tahun depan.

Ada dua lokasi yang diusulkan untuk pembangunan PLTN, yakni Bangka Belitung dan Kalimantan Timur. Kedua daerah ini dipilih, karena dinilai tidak rawan gempa bumi ataupun tsunami. PLTN komersial ini ditargetkan dapat menutupi kebutuhan listrik dalam lima tahun ke depan.

(Baca: Nuklir Penopang Energi Asia)

Dalam hal riset pembangunan PLTN ini, kementerian akan bekerja sama dengan Jerman, Finlandia, Rusia, Jepang, dan Korea Selatan. Mengenai urusan komersial, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Nasir mengaku sudah banyak investor yang berminat pada proyek ini. Bahkan, kata dia, banyak negara yang siap untuk berinvestasi di PLTN. "Investor rebutan (investasi PLTN) bukan hanya mau. Indonesia saja yang belum berani atau membuka," ujarnya.

Reporter: Desy Setyowati