Shell Upstream Overseas Ltd berencana hengkang dari Blok Masela. Pertamina pun disebut-sebut berminat masuk ke proyek strategis nasional tersebut.
Apalagi Pertamina sempat mengirimkan dua kali surat penawaran kepada Inpex Corporation selaku operator Blok Masela. Surat pertama dikirimkan pada 2011 dan surat kedua pada 2016.
Kala itu, Direktorat Hulu Pertamina dipimpin oleh Syamsu Alam. Syamsu sempat menyebut bahwa Pertamina ingin masuk ke Blok Masela melalui skema pembelian hak partisipasi atau farm in. Saham yang diincar Pertamina minimal 20%.
Perusahan pelat merah itu tertarik membeli hak partisipasi Blok Masela karena memiliki cadangan gas yang besar. Cadangan dari blok tersebut bisa dimanfaatkan perusahaan untuk memasok kebutuhan gas domestik yang diproyeksi defisit pada 2023.
Namun, penawaran Pertamina ditolak oleh Inpex. Dengan keluarnya Shell dari Blok Masela, apakah Pertamina masih berminat memiliki hak partisipasi di blok migas tersebut?
(Baca: Jika Shell Hengkang, Pengembangan Blok Masela Butuh Restu ESDM Lagi)
Director of Strategic Planning & Business Development Pertamina Hulu Energi (subholding hulu) John H. Simamora mengatakan pihaknya belum bisa berkomentar banyak terkait Blok Masela. Pasalnya, perusahaan tengah fokus menyelesaikan restrukturisasi subholding hulu Pertamina.
"Saya benar-benar belum ter-update, apakah posisi sekarang masih berminat. Kami masih sibuk dengan organisasi baru dan transisi," kata John kepada Katadata.co.id pada Selasa (7/7).
Adapun, proyek Abadi Blok Masela pada tahun ini telah masuk ke tahap persetujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Hingga April 2020, prosesnya telah mencapai 45,33% dari target 47,96% pada bulan tersebut.
Proyek Blok Masela juga telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) Penetapan Lokasi Pengadaan Lahan untuk Pelabuhan Kilang LNG Abadi pada 1 Juni 2020. Kilang tersebut rencananya dibangun di Kepulauan Tanimbar.
Selain itu, Inpex telah memulai proses Front End Engineering Design (FEED) untuk proyek LNG di darat, Floating Production and Offloading (FPSO), pipa gas ekspor, serta Subsea Umbilical, Riser, and Flowline (SURF).
Proyek tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal kedua 2027. Setahun lebih lambat dari target awal pemerintah.
Blok Masela ditargetkan memproduksi gas berupa LNG sebesar 9,5 MTPA dan gas pipa 150 mmscfd. Blok tersebut juga diproyeksi menghasilkan kondensat sebesar 35 ribu barel per hari. Untuk mengembangkan Blok Masela, Inpex Corporation harus menggelontorkan investasi hingga US$ 19,8 miliar.
(Baca: SKK Migas: Inpex Takut Lanjutkan Proyek Masela karena Harga LNG Jatuh)