Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kini memiliki dua petinggi baru. Menteri ESDM Arifin Tasrif pagi tadi, Jumat (6/11), melantik Tutuka Ariadji sebagai Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan Dadan Kusdiana sebagai Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi.
Arifin mengatakan dua dirjen itu merupakan unsur penting untuk mendukung penyediaan energi nasional. "Tantangan yang akan dihadapi tidaklah mudah. Apalagi saat ini kita tengah berupaya bangkit untuk memulihkan ekonomi akibat pandemi," ujar dia dalam acara pelantikan yang ditayangkan secara virtual.
Karena itu, ia menaruh harapan besar kepada keduanya agar dapat membereskan persoalan yang menjadi fokus pemerintah. Khusus dirjen migas, Arifin meminta agar Tutuka dapat membantunya mewujudkan program strategis. Termasuk mewujudkan rencana panjang pemenuhan target produksi 1 juta barel minyak pada 2030.
Target tersebut, menurut dia, dapat terpenuhi dengan cara mempertahankan produksi yang sudah ada atau existing. Lalu, pemerintah akan melakukan transformasi sumber daya dengan cara melakukan pengurasan sumur minyak tua (EOR) dan eksplorasi masif untuk menemukan lapangan baru.
Bersamaan dengan rencana itu, pemerintah akan mengupayakan pengurangan impor bahan bakar minyak atau BBM dan elpiji. Tujuannya, untuk meringankan beban devisa negara dan mendorong percepatan pembangunan infrastruktur kilang.
Arifin juga berencana melakukan penggantian masif diesel ke dimethyl ether (DME) untuk produksi kilang dan melaksanana kebijakan penyesuaian harga gas. “Semua ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan energi dalam negeri dan mempercepat pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.
Untuk dirjen EBTKE, ia berharap Dadan mampu mempercepat bauran energi baru terbarukan atau EBT sebesar 23% di 2025. Realisasinya saat ini baru mencapai 10%.
Pencapaian target itu melalui pengembangan pembangkit listrik EBT dari panas bumi hingga tenaga surya. Kapasitas pembangkit listrik dari sektor ini baru mencapai 10,4 gigawatt (GW).
Ia juga berharap dirjen EBTKE dapat mempercepat penyusunan rancangan peraturan pemerintah agar harga listrik energi terbarukan lebih kompetitif. Dengan begitu investor pun tertarik menanamkan uangnya di sektor ini.
Selain itu, untuk pengawasan, Dadan perlu melakukan pendampingan sejak penyusunan program hingga pemanfaatannya. “Dirjen EBTKE harus menjadi katalisator dan mampu mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi,” kata Arifin.
Di tengah kondisi perekonomian yang sulit ini, Arifin mendorong keduanya untuk memaksimalkan pendapatan nasional melalui penerimaan negara bukan pajak atau PNBP. Capaian PNBP per September 2020 mencapai Rp 80,71 triliun dari target Rp 90,22 triliun. Untuk realisasi ivestasi sektor energi sebesar US$ 16,05 miliar dari target US$ 36,55 miliar.
ITB Dominasi Jajaran Petinggi Kementerian ESDM
Sebagai informasi, Tutuka menggantikan Djoko Siswanto yang dicopot jabatannya pada 2019 oleh Menteri ESDM kala itu, Ignasius Jonan. Sementara, Dadan Kusdiana menggantikan FX Sutijastoto yang telah memasuki masa purna tugas.
Dadan sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia menempuh pendidikan strata satunya di jurusan mekanisasi pertanian Institut Pertanian Bogor. Pria kelahiran Sumedang, 29 Desember 1968 ini lalu melanjutkan pendidikan strata dua dan tiga di bidang ilmu energi di Kyoto University, Jepang.
Yang menarik, para petinggi Kementerian ESDM saat ini mayoritas lulusan Institut Teknologi Bandung alias ITB. Mulai dari menteri hingga tiga direktur jenderal. Arifin menempuh pendidikan di teknik kimia ITB pada 1971-1977.
Tutuka merupakan sarjana teknik perminyakan ITB. Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Ridwan Djamaluddin lulusan teknik geologi ITB. Pada 2016 hingga 2020, ia menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni ITB. Lalu, Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana juga merupakan alumni ITB jurusan teknik perminyakan.