Kementerian ESDM Akan Terapkan Teknologi EOR saat Harga Minyak Membaik

KATADATA | Arief Kamaludin
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menanti memomentum kebangkitan harga minyak agar dapat menerapkan teknologi EOR di lapangan tua.
14/12/2020, 20.24 WIB

Implementasi teknik pengurasan minyak atau EOR dinilai kurang ekonomis ketika harga minyak mentah dunia masih rendah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menanti memomentum kebangkitan harganya agar teknologi itu dapat segera diterapkan di lapangan tua.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan pihaknya saat ini telah menyiapkan beberapa lapangan-lapangan yang nantinya akan diaplikasikan teknologi EOR. “Kami sedang menunggu saatnya harga minyak cukup baik. Karena teknologi itu perlu biaya tinggi," kata dia dalam diskusi Rencana Pembangunan Nasional Melalui Investasi Energi dan Pemanfaatan Hasil Laut, Senin (14/12).

Awal pekan ini, ada sedikit angin segar bagi industri migas. Pasalnya, harga minyak mentah dunia mulai bangkit dan mentereng di angka US$ 50 per barel. Kenaikannya dipicu harapan vaksin Covid-19 yang akan segera tersedia dan ledakan kapal tanker di Arab Saudi yang mengguncang pasar.

Mengutip Bloomberg pada hari ini pukul 04.34 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2021 naik 1,10% menjadi US$ 50,52 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2021 naik 1,05% menjadi US$ 47,04 per barel.

Selain mendorong teknologi EOR, ada strategi lain yang bakal diterapkan pemerintah dalam menggenjot produksi migas nasional. Caranya, dengan mempercepat peningkatan cadangan yang bisa diproduksi (reserve to production) dan kegiatan eksplorasi secara masif. "Tentunya kami akan melakukan survei seismik," ujarnya.

Uji Coba EOR di Lapangan Jirak

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji pun bakal memilih lapangan potensial untuk diaplikasikan ke dalam teknologi ini. Tutuka menyebut untuk menerapkannya, pemerintah akan membuat peta jalan atau roadmap.

Lalu, untuk implementasinya, ia berkomitmen untuk terjun langsung ke lapangan migas. Pemerintah menargetkan pada 2030 produksi minyak dapat mencapai 1 juta barel per hari. Saat ini angkanya baru di sekitar 700 ribu barel per hari.

EOR menjadi cara untuk menggenjot kembali sumur-sumur tua yang produksinya berkurang. Selama ini penerapannya baru di satu sumur dan tak berlanjut. "Kami akan pilih lapangan yang kira-kira jadi prioritas perusahaan dan saya bersedia datang ke lapangan untuk memilih," kata dia pada 16 November lalu. 

Uji coba teknik pengurasan minyak atau enhanced oil recovery (EOR) memakai sintesis surfaktan sedang berlangsung. Kementerian ESDM melakukannya di Lapangan Jirak, Sumatera Selatan, yang dioperasikan Pertamina EP. 

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, sintesis surfaktan itu berbasis nabati. “Kami mencoba membuatnya dan bekerja sama dengan Pertamina,” katanya beberapa waktu lalu.

Kementerian menggandeng PT Petrokimia Gresik untuk pengadaan sintesis tersebut. “Karena mereka yang jago,” kata Dadan. Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pengembangan dan produksi EOR.

Reporter: Verda Nano Setiawan