Jaga Harga Minyak, Sanksi AS Terhadap Rusia Tak Mencakup Sektor Energi

Chevron
Ilustrasi sumur minyak.
Penulis: Happy Fajrian
23/2/2022, 14.50 WIB

Amerika Serikat (AS) telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas agresinya terhadap Ukraina. Namun sanksi tersebut tidak mencakup sektor energi agar tidak mendisrupsi pasokan dan semakin melambungkan harga minyak dan gas.

“Sanksi yang dijatuhkan hari ini, dan yang mungkin dijatuhkan di masa depan tidak akan menargetkan (sektor) minyak dan gas. Kami ingin pasar mencatat bahwa tidak perlu menaikkan harga energi saat ini,” ujar seorang pejabat senior AS yang tak ingin disebut namanya, seperti dikutip Reuters, Rabu (23/2).

Terlepas dari upaya pemerintahan Biden untuk menjaga pasar minyak tetap tenang, harga minyak mentah naik mendekati US$ 100 per barel setelah Moskow memerintahkan pengiriman pasukan “penjaga perdamaian” ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, Luhansk dan Donetsk.

Harga minyak Brent pada perdagangan Selasa (22/2) sempat menyentuh US$ 99 per barel, namun saat ini berada di level US$ 96,83. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) sempat berada di level US$ 96 per barel, namun kini bergerak di kisaran US$ 92.

Pejabat itu menambahkan bahwa tidak ada yang terjadi di Ukraina sekarang, atau dalam beberapa hari mendatang, yang akan mempengaruhi aliran minyak dan gas ke pasar global.

Dia juga menegaskan bahwa AS telah bekerja sama dengan negara-negara penghasil minyak dari OPEC dan dengan negara-negara konsumen minyak besar untuk merespon perekembangan yang teradi, jika diperlukan, untuk menenangkan pasar energi.

“Kami akan siap untuk bertindak lebih cepat untuk mengatasi setiap lonjakan harga yang diakibatkan oleh efek di lapangan atau dari peningkatan risiko politik. Saat ini hal itu belum terjadi," kata pejabat tersebut. Simak perkembangan harga minyak pada databoks berikut:

Pemerintahan Biden mengatakan semua opsi ada di meja untuk mengambil tindakan terhadap Rusia, termasuk memberikan sanksi kepada entitas yang dapat memengaruhi sektor energi. Tetapi pemerintah khawatir hal itu dapat menaikkan harga bahan bakar untuk konsumen.

Ketika harga minyak tinggi pada November lalu, pejabat AS mengatakan mereka bekerja untuk pertama kalinya dengan negara-negara konsumen minyak termasuk Cina, Korea Selatan, Jepang dan India untuk mengoordinasikan pelepasan pasokan minyak strategis di masing-masing negara.

Namun sejauh ini hanya Amerika yang mengeluarkan minyak dalam jumlah besar dari cadangan minyak strategisnya. "Kami siap untuk mengambil tindakan global saat dibutuhkan. Ini skenario yang berbeda dari yang kami alami pada November karena kami sekarang berada dalam krisis serius di Ukraina," kata pejabat itu.

Utusan khusus Presiden Joe Biden untuk keamanan energi global, Amos Hochstein, dan koordinator untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Brett McGurk, mengadakan diskusi pekan lalu dengan pejabat Arab Saudi tentang tekanan pasar energi.

"Kami ingin memastikan bahwa kami berkoordinasi, kami berbagi kepentingan bersama dalam memastikan bahwa pasar seimbang dan stabil dan ada cukup pasokan. Kami tidak membahas peningkatan produksi (minyak)," kata Hochstein dan McGurk.

ClearView Energy Partners, sebuah kelompok riset nonpartisan, mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dapat membalas sanksi dengan memangkas ekspor minyak dan gas namun dengan dalih pemeliharaan fasilitas, kerusakan akibat konflik militer, atau serangan dunia maya oleh Barat.