Harga minyak dunia kembali menembus US$ 100 per barel setelah sebelumnya sempat berada di level US$ 95 per barel ketika Rusia dan Ukraina memulai pembicaraan damai. Namun pemerintah Rusia kini meragukan perkembangan pembicaraan damai tersebut.
Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, membantah kabar yang menyebutkan pembicaraan damai dengan Ukraina berjalan dengan baik. Meski demikian mereka tetap berkomitmen melanjutkan negosiasi.
Harga minyak mentah jenis Brent naik US$ 8,62 menjadi US$106,64 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 7,94, menjadi US$102,98 per barel. Meski demikian kedua harga minyak acuan global ini telah turun signifikan dari level tertingginya di kisaran US$ 130 per barel beberapa waktu lalu.
Para pedagang, bankir dan analis menilai hal ini disebabkan karena minimnya pasokan yang akan terjadi dalam beberapa minggu mendatang akibat masih berlakunya sanksi terhadap Rusia. Banyak negara telah melarang pembelian minyak Rusia untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina hampir tiga minggu lalu.
Rusia, yang menyebut aksi militer itu sebagai "operasi khusus", adalah pengekspor minyak mentah dan produk bahan bakar terbesar di dunia. Penyuling dan konsumen harus membuat penyesuaian cepat untuk minggu-minggu mendatang.
"Ada kekhawatiran baru di pasar bahwa kita bisa kehilangan lebih banyak minyak Rusia," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC. Simak databoks berikut:
Analis senior dari Oanda Asia Pacific Pte Jeffrey Halley mengatakan bahwa volatilitas di pasar minyak dunia belum akan berakhir. “Kita akan melihat volatilitas lebih besar pada perdagangan harian (intraday). Harga minyak akan berada di sekitar US$ 100-120 per barel hingga bulan depan,” kata dia.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan akan menutup pasokan 3 juta barel minyak per hari dan produk Rusia akan mulai bulan depan. IEA menyebut, ini jauh lebih besar dari perkiraan penurunan permintaan sebesar 1 juta barel per hari imbas harga bahan bakar yang lebih tinggi.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan pasokan energi dari Rusia akan tetap stabil meskipun berada pada situasi geopolitik yang tegang.
Perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasioal, Morgan Stanley, memperkiraan harga minyak jenis Brent naik sebesar US$ 20 untuk kuartal ketiga menjadi US$ 120 per barel. Mereka juga memprediksi Rusia akan mengalami penurunan produksi minyak sekitar 1 juta barel per hari pada April.
Morgan Stanley juga mencatat bahwa aktivitas bongkar muat minyak masih berlanjut di pelabuhan Rusia. Namun, kapal-kapal tanker Rusia lebih banyak berada di atas air dan tak berlayar. Mereka mulai kesulihat untuk menemukan pangsa ekspor. "Tujuan tidak diketahui meningkat. Mereka mulai berjuang untuk menemukan pasar".
Pada hari Rabu, harga minyak merosot setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu naik 4,3 juta barel. Hal ini bertentangan dengan ekspektasi analis yang memperkirakan akan terjadi penurunan 1,4 juta barel.
Pasar minyak sebagian besar mengabaikan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS sebesar 25 basis poin. Harapan muncul setelah Cina menjanjikan kebijakan untuk mendorong pasar keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Penurunan kasus Covid-19 varian baru di sana juga mendorong pencabutan lockdown.