Keekonomian Pertamax Rp14.526, Pertamina Belum Berencana Naikkan Harga

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Pertamina belum berencana menyesuaikan harga BBM Pertamax meski keekonomian BBM dengan Research Octane Number (RON) 92 itu sudah mencapai Rp 14.526 per liter.
22/3/2022, 10.45 WIB

Pertamina melalui Sub Holding Pertamina Patra Niaga, menyebut dalam waktu dekat belum ada rencana kenaikan harga BBM jenis Pertamax walau harga keekonomian BBM RON 92 ini mencapai Rp 14.526 per liter.

Adapun saat ini Pertamina menjual Pertamax di harga Rp 9.000-9.400 per liter, atau selisih Rp 5.126-5.526 per liter dengan harga jual tertinggi yang diizinkan oleh pemerintah.

Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, menyampaikan penyesuaian harga BBM jenis Pertamax masih dalam tahap kajian dan koordinasi dengan sejumlah stakeholder.

Ia menambahkan, pihaknya juga masih memonitor perkembangan harga minyak dunia. “Hal tersebut (harga BBM Pertamax) masih kami review,” kata Irto melalui pesan singkat pada Selasa (22/3).

Adapun sejauh ini Pertamina baru menyesuaikan harga BBM non-subsidi Dex Series, Pertamina Dex dan Dex Lite, serta Pertamax Turbo sebanyak dua kali yakni pada Februari naik Rp 1.500 per liter, dan Maret 2022 naik Rp 1.000 per liter.

Bahkan dengan dua kali kenaikan harga tersebut, harga jual Pertamax Turbo masih di bawah harga keekonomian Pertamax, meskipun nilai RON-nya lebih besar yakni 98. Simak databoks berikut:

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kenaikan harga minyak mentah akan berdampak pada sektor hilir Pertamina. Mengingat sampai saat ini mereka masih harus menanggung kerugian yang cukup signifikan untuk BBM umum jenis Pertalite dan Pertamax.

Oleh sebab itu, ia mendorong pemerintah memberikan keleluasaan bagi Pertamina untuk melakukan penyesuaian harga BBM umum. Jika pun tidak sampai ke nilai keekonomian, paling tidak dapat menyentuh 50%.

"Kemarin saya mengusulkan untuk di angka Rp 1.500 per liter untuk Pertalite dan Pertamax sebagai jalan tengahnya," katanya beberapa waktu lalu kepada Katadata.co.id.

Mamit khawatir jika dibiarkan maka keuangan perusahaan migas pelat merah ini akan terus tertekan. Meskipun, di sektor hulu mereka masih mendapatkan keuntungan di tengah harga minyak yang sedang bagus ini.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan selama tidak menaikkan harga BBM, Pertamina akan mengalami kerugian karena menjual BBM dengan harga di bawah keekonomian.

Hal ini pun membuat keuangan Pertamina menjadi tidak sehat. "Namun, kenaikan harga BBM di tengah pandemi juga tidak sehat bagi konsumen, yang juga terpuruk karena pandemi," ujarnya.

Oleh karena itu, untuk menutup kerugian, Fahmy menyarankan supaya Pertamina dapat menggunakan margin yang diperoleh di saat harga minyak dunia turun beberapa waktu lalu. Mengingat ketika minyak dunia anjlok, Pertamina juga tak menurunkan harga BBM.

"Pada saat itu, Pertamina meraup margin dalam jumlah sangat besar. Margin inilah yang harus digunakan untuk menutup kerugian akibat kenaikan harga minyak dunia," katanya.

Adapun harga jual BBM jenis RON 92 di SPBU saat ini bervariasi tergantung para badan usaha. Pertamina menjual BBM RON 92, Pertamax, seharga Rp 9.000-9.400 per liter. Sementara Shell, RON-92 (Shell Super) dijual seharga Rp 12.990 per liter, dan di SPBU BP-AKR, BP 92, dijual seharga Rp 12.500 per liter.

Harga BBM jenis umum memang ditetapkan badan usaha, asal tidak boleh melebihi batas atas yang ditetapkan, yakni Rp. 14.526 per liter untuk Maret 2022. Adapun BBM bersubsidi seperti solar, minyak tanah, dan BBM tidak mengalami kenaikan harga.

Sebagai perbandingan, kisaran harga BBM non-subsidi di beberapa negara ASEAN, antara lain Singapura Rp 30.800 per liter, Thailand Rp 20.300, Laos Rp 23.300, Filipina Rp. 18.900, Vietnam Rp 19.000, Kamboja 16.600, dan Myanmar Rp 16.600.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu