Durasi Pemadaman Listrik PLN Berkurang 29% jadi 9 Jam per Pelanggan

ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Pekerja melakukan pemeliharaan trafo jaringan arus listrik di Medan, Sumatera Utara, Rabu (11/12/2019).
28/3/2022, 15.36 WIB

PLN berhasil meningkatkan kinerja layanannya dengan durasi pemadaman listrik nasional yang terus mengalami penurunan. Hal tersebut berdasarkan perhitungan System Average Interruption Duration Index/SAIDI dan System Average Interruption Frequency Index (SAIFI).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebutkan bahwa pada 2021 durasi pemadaman listrik rata-rata per pelanggan mencapai 540,12 menit atau sekitar 9 jam, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 763,13 menit atau sekitar 12,7 jam.

Menurut Darmawan capaian ini berhasil diraih karena PLN mengedepankan pelayanan digitalisasi kepada pelanggan, yang disebut sebagai Breakthrough Program Transformasi Digitally Enable Distribution.

"PLN mampu menekan durasi dari gangguan 1.000 menit per pelanggan di tahun 2018 jadi 600 menit per pelanggan di tahun 2021. Berkat digitalisasi maka pelayanan semakin meningkat," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR pada Senin (28/3).

Selain mengurangi rata-rata lama gangguan listrik penjualan listik PLN masih di atas target tahunan di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Tahun lalu penjualan listrik PLN mencapai 258 terawatt jam (TWh), atau 3,61% di atas target 249 TWh, serta 5,7% di atas penjualan 2020 yang mencapai 244 TWh.

"Selain itu, dengan digitalisasi, berdampak pada efisiensi penurunan Biaya Pokok Produksi (BPP) dari Rp 1.355 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 1.345 triliun di tahun 2021," ujarnya. Simak databoks berikut:

Namun anggota Komisi VI Mufti Anam, meragukan capaian PLN terkait durasi pemadaman listrik. Sebab ia sering kali mengalami pemadaman listrik saat melakukan kunjungan di masa reses. “Saya setiap kunjungan reses listrik mati, kalau di wilayah pegunungan dua hari dua malam itu di wilayah Tosari dan di Puspo, Pasuruan,” ujarnya.

Selain itu, Mufti kerap kali mendapat aduan dari pengusaha industri perihal pemadaman listik yang kerap terjadi, terutama di daerah pemilihan (dapil)-nya di Pasuruan dan Probolinggo.

"Seharusnya PLN juga mengutamakan aliran listrik selain di kota-kota besar. Pemadaman listrik selayaknya tak lagi terjadi karena PLN sudah dimanjakan negara dengan bentuk pelarangan ekspor batu bara pada Januari lalu," kata dia.

Adapun larangan ekspor tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan konsumsi batu bara PLN. Untuk pemenuhan sektor kelistrikan dalam negeri, DMO batu bara pada 2022 sebesar 127 juta ton dan diperkirakan untuk tahun 2030 mencapai 153 juta ton dengan harga maksimal US$ 70 per ton.

"Misalnya di Gondang Wetan, wilayah itu dekat dengan perkotaan ini sering mati. Adanya pemadaman tanpa pemberitahuan. Artinya masyarakat harus siap listriknya mati kapan saja tanpa tahun penyebabnya. Yang tahu hanya PLN dan Tuhan," kata dia.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu