Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas memastikan proyek pembangunan proyek Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat rampung pada pada Maret 2023.
Proyek yang nantinya akan dijalankan oleh BP itu memiliki kapasitas produksi 3.8 metrik ton per tahun. Proyek ini dikembangkan berdasarkan persetujuan POD II dengan nilai investasi dapat mencapai US$ 11 miliar atau setara Rp 159 triliun.
Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji optimis pembangunan fasilitas Train 3 dapat diselesaikan sesuai target yang sudah disepakati, yakni pada kuartal I Tahun 2023.
"Kami optimis pembangunan train 3 akan selesai pada waktunya. Progress pembangunan Train 3 sudah bagus, sudah mencapai 90% lebih," kata Tutuka dalam siaran pers, Rabu (22/6).
Adapun pembangunan proyek LNG Tangguh Train 3 Teluk Bintuni dimulai sejak 2016 dan mengalami banyak tantangan akibat Pandemi Covid-19, sehingga menyebabkan dua kali outbreak yang membuat proyek terhenti.
Proyek ini dibangun oleh 12.900 pekerja ini diharap dapat selesai pada akhir tahun dan gas dapat dialirkan pada awal tahun depan. Proyek ini nantinya diharap bisa menghasilkan 3,8 juta ton LNG per tahun. Hasil produksi Train 3 akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik termasuk untuk pembangkit listrik PLN.
Kepala SKK Migas Dwi Soecipto mengatakan, usai proyek LNG ini selesai pada Maret 2023, dibutuhkan waktu tambahan selama dua bulan untuk persiapan startup dan onstream. Dwi juga menyoroti dua area kritis yang harus diprioritaskan untuk segera diselesaikan agar target dapat selesai tepat waktu.
Dua area tersebut menjadi prioritas untuk diselesaikan segera dengan menambah jumlah pekerja untuk mengerjakannya.
"Kami menyarankan adanya prioritas di dalam tenaga kerja untuk lebih mefokuskan dan menangani yang critical part, area critcal part tersebut yakni, pertama di area degreasing di unit agru, kedua di kompresor," ujar Dwi.
Proyek LNG Tangguh merupakan proyek produksi dan penjualan LNG yang telah direalisasikan dalam bentuk joint ventures antara British Petroleum sebagai operator dan Pemerintah Indonesia sebagai kontraktor.
Proyek ini menghasilkan LNG dari ladang gas Wiriagar, Berau, dan Muturi, di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas 5.966,9 km2. Produksi Gas Bumi Rata-rata Lapangan Tangguh tahun 2021 sebesar 1.312 MMSCFD, dan status per 14 Juni 2022 sebesar 1.162 MMSCFD.
Produksi LNG dimulai pada Juni 2009, dan kargo LNG pertama dikirim pada Juli 2009. Proyek LNG Tangguh menghasilkan 7,6 juta ton LNG setiap tahunnya melalui Train 1 dan 2.