Operasi Tangguh Train 2 Terganggu, Pengiriman LNG Berkurang 1,5 Kargo
BP Indonesia melaporkan terjadi gangguan operasional atau unplanned shutdown di Kilang LNG Tangguh Train 2 pada Minggu (17/4) dikarenakan adanya temuan yang tidak biasa pada bagian gas heater. Peristiwa tersebut berdampak pada menurunnya jumlah kargo LNG di tahun ini.
“Akan terjadi kekurangan kargo ditahun 2022 ini sekitar 1,5 kargo dan kami akan berkoordinasi untuk melakukan swab dan sebagainya,” kata Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno, dalam konferensi pers yang dilakukan di Gedung Wisma Mulia, Jakarta pada Jumat (22/4).
Julius menjelaskan, shutdown di Kilang LNG Tangguh Train 2 disebabkan oleh kebocoran gas di saluran pipa yang tidak terlihat oleh mata. Beruntung, ujar Julius, kebocoran itu terekam oleh kamera pengawas sehingga petugas langung melakukan upaya perbaikan yang diperkirakan selesai pada akhir pekan ini.
“Setelah kami buka, pipanya retak. Itu kalau tidak terdeteksi malah terjadi bencana besar. Sekarang ini pipanya kami ganti dengan mengambil material dari Train 3 untuk kami pasangkan di Train 2, sambung Julius.
Sebelumnya diberitakan, BP Indonesia melaporkan telah melakukan shutdown di Kilang LNG Tangguh Train 2 pada Minggu (17/4). Ladang gas yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat ini mengalami shutdown pada faslilitas Train 2 karenakan adanya temuan yang tidak biasa pada bagian gas heater.
“Keputusan untuk melakukan shutdown dirasa perlu demi keselamatan para pekerja dan keberlanjutan operasi kami,” kata BP Regional President Asia Pacific, Nader Zaki kepada Katadata.co.id, Rabu (20/4).
Nader mengatakan tidak ada pekerja yang terluka dalam peristiwa tersebut. Saat ini, pihaknya terus melakukan upaya merampungkan masalah dan diperkirakan selesai pada akhir pekan ini. “Kami juga telah mengkomunikasikan keputusan ini kepada SKK Migas dan kami akan terus memberikan perkembangan kepada SKK Migas,” tukas Nader.
Julius mengatakan banyak terjadi unplanned shutdown di sejumlah lapangan migas pada akhir 2021. Ini menjadi salah satu penyebab tak tercapainya target lifting migas pada tiga bulan pertama tahun ini. Sebab unplanned shutdown yang pada akhir tahun lalu berdampak pada kinerja produksi 2022.
“Kebetulan unplanned shutdown itu KKKS yang terbesar, baik yang produksi minyak dan gas. Jadi ada, Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) dan BP dan Pertamina Hulu Energi ONWJ. Ini merupakan keprihatikan bersama,” kata Julius.
Julius menjelaskan, sejumlah KKKS yang mengalami unplanned shutdown seringkali disebabkan oleh peristiwa yang tak terlalu besar seperti tersambarnya penangkal petir, ular yang tersangkut di kabel, hingga kendaraan yang menabrak tiang listrik.
“Blackout karena penangkal petir yang tersambar petir dengan mudah terbakar sehingga ribuan sumur harus mati. dan karena ular di kabel terjadi blackout juga. Tiang listrik ketabrak truk itu blackout juga. Hal yang simple sepeti itu sering terjadi,” sambung Julius.