Koreksi Harga Minyak Berlanjut, Turun di Bawah US$100 per barel

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Alat (rig) pengeboran migas.
Penulis: Happy Fajrian
7/7/2022, 17.18 WIB

Brent dan WTI ditutup pada hari Rabu di level terendah sejak 11 April. Penurunan mengikuti penurunan dramatis pada hari Selasa ketika WTI turun 8% sementara Brent jatuh 9% - penurunan $10,73 yang merupakan terbesar ketiga untuk kontrak sejak mulai diperdagangkan pada 1988.

"Jika perkiraan resesi tidak parah, harga minyak mentah akan tetap di kisaran $100/bbl untuk 2-3 tahun ke depan," kata Fereidun Fesharaki dari konsultan FGE.

Pedagang mengawasi kemungkinan gangguan pasokan minyak di Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang telah diberitahu oleh pengadilan Rusia untuk menangguhkan aktivitas selama 30 hari. Ekspor di CPC, yang menangani sekitar 1% dari pasokan minyak global, masih mengalir hingga Rabu pagi.

Sebelumnya laporan Citi memprediksi bahwa harga minyak berpotensi untuk turun lebih dalam ke level US$ 65 per barel pada akhir tahun ini dan menjadi US$ 45 per barel pada 2023.

“Harga minyak mentah bisa jatuh ke US$ 65 per barel pada akhir tahun ini dan merosot ke US$ 45 pada akhir tahun 2023 jika terjadi resesi yang akan melumpuhkan permintaan energi,” kata analis Citi Francesco Martoccia dan Ed Morse, seperti dikutip Bloomberg.

Adapun prospek turunnya harga minyak lebih dalam lagi didasarkan pada tidak adanya intervensi oleh negara-negara produsen yang tergabung dalam OPEC dan sekutunya, atau OPEC+, serta turunnya investasi di sektor ini.

Halaman: