Pertama dalam Tahun Ini, Harga Minyak Dunia Mingguan Turun Lebih 3%

Zukiman Mohamad/Pexels
Ilustrasi, kilang minyak lepas pantai.
Penulis: Agung Jatmiko
9/7/2022, 07.30 WIB

Harga minyak naik sekitar 2% dalam perdagangan yang fluktuatif pada Jumat (8/7), tetapi masih menuju penurunan mingguan. Penurunan harga minyak mingguan disebabkan karena investor khawatir tentang potensi penurunan permintaan yang didorong oleh resesi, bahkan ketika pasokan bahan bakar global tetap ketat.

Mengutip Reuters, Sabtu (9/7), bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. Ini memicu kekhawatiran, bahwa kenaikan biaya pinjaman dapat menghambat pertumbuhan. Sementara, pengujian massal Covid-19 di Shanghai pekan ini, memunculkan kekhawatiran tentang potensi penguncian, yang juga dapat menekan permintaan minyak.

Pada akhir sesi perdagangan, minyak mentah jenis Brent naik US$ 2,37 atau 2,3%, menjadi US$ 107,02 per barel. Sementara, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 2,06 atau 2%, menjadi US$ 104,79 per barel. Kedua benchmark ini diperdagangkan di wilayah negatif, dan kemudian rebound dari posisi terendah.

Meski demikian, harga minyak membukukan penurunan mingguan. Brent tercatat turun 4,1%, sementara WTI 3,4%, menyusul penurunan bulanan pertama sejak November tahun lalu.

Penurunan harga terbesar terjadi pada Selasa (5/7), ketika harga Brent turun US$ 10,73 Brent. Ini merupakan penurunan harian terbesar ketiga kontrak minyak tersebut, sejak mulai diperdagangkan pada tahun 1988.

Penurunan harga dipicu data non-farm payrolls Amerika Serikat (AS), yang menunjukkan ekonomi menambahkan lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan pada Juni. Ini dikhawatirkan akan mendorong bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi bulan ini.

"Pasar minyak melihat laporan pekerjaan sebagai pedang bermata dua. Angka pekerjaan yang positif memberikan sinyal kenaikan permintaan. Namun, pasar juga khawatir jika pasar tenaga kerja kuat, The Fed bisa lebih agresif dengan menaikkan suku bunga," kata Analis Price Futures Group Phil Flynn, dikutip dari Reuters.

Meski selama sepekan terakhir tertekan, harga minyak tercatat melonjak selama paruh pertama 2022. Brent mendekati rekor tertinggi, yakni US$ 147 per barel, setelah Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022, yang saat itu menimbulkan kekhawatiran terkait pasokan.

"Kekhawatiran ekonomi mungkin telah mengguncang harga minyak minggu ini, tetapi pasar masih memberikan sinyal bullish. Ini karena ketatnya pasokan lebih cenderung meningkat dari titik ini daripada mereda," kata Pialang Minyak PVM Stephen Brennock.