Pertamina Berminat Garap Proyek Lapangan Abadi LNG Blok Masela

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati saat meresmikan Pusat Digitalisasi dan Inovasi (DICE) di Rumbai Country Club PT PHR, Pekanbaru, Riau, Senin (8/8/2022).
9/9/2022, 10.32 WIB

Pertamina tengah menjajaki peluang untuk menggarap proyek Abadi gas alam cair (LNG) Blok Masela di kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Perusahaan energi pelat merah itu didorong agar bermitra dengan Indonesia Investment Authority (INA) untuk mengambil saham Shell yang berminat hengkang.

Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan langkah ini menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendorong perusahaan migas nasional untuk menjadi mitra Inpex dalam mengelola Blok Masela yang disebut memiliki kandungan gas alam terbesar di dunia.

Pertamina diminta untuk untuk menggantikan Shell yang ingin hengkang dari proyek sumur gas tersebut. Nicke mengatakan, Pertamina bersedia melanjutkan proses pembahasan untuk bergabung dalam konsorsium, walau dalam kesempatan tersebut dirinya tak merinci merinci berapa besar hak partisipasi yang akan diakuisisi.

"Kami berminat karena ini merupakan giant recovery. Namun untuk proses berikutnya, kami bicara komersial dan studi kelayakan harga," kata Nicke dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR pada Kamis (8/9).

Nicke menilai, langkah Pertamina untuk turut serta di proyek Masela berpotensi meningkatkan cadangan dari produksi gas di Tanah Air. "Kami melihat neraca gas cenderung decliner, maka ini harus segera dibangun," ujar Nicke.

Sementara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah sedang merumuskan konsorsium untuk mengambil alih 35% hak partisipasi atau saham milik Shell. Pemerintah mendorong Pertamina dan INA untuk ambil bagian bagian di dalam konsorsium tersebut.

"Kami mencari konsorsium. Di dalamnya ada INA, ada Pertamina dan kemungkinan besar ada perusahaan asing yg berminat. Kami jadikan satu untuk ambil saham 35%," kata Bahlil saat ditemui wartawan di Gedung Nusantara I usai Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR pada Kamis (8/9).

Bahlil menyebut, langkah membuat konsorsium ditujukan guna memperoleh akses teknologi untuk proyek gas Masela. "Ini bukan persoalan modal tapi teknologi, Shell itu yang punya teknologi," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Bahlil juga mengatakan bakal memberikan kepastian proyek Blok Masela dalam 1 hingga 2 bulan ke depan, termasuk potensi molornya jadwal produksi yang semula ditargetkan pada 2027.

"Presiden memutuskan untuk mencarikan investor mengganti Shell. Mungkin 1-2 bulan lagi kami bisa sampaikan kapan bisa produksi," tukas Bahlil.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu