Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) menanggapi pernyataan PT Pertamina (Persero) yang berminat untuk ikut dalam proyek gas alam cair (LNG) Blok Masela di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Menurut Aspermigas, Pertamina sebaiknya melakukan studi atau pengkajian untung-rugi secara serius, sebelum memastikan ikut dalam proyek sumur gas tersebut.
Direktur Eksekutif Aspermigas, Moshe Rizal menyebut, proyek tersebut merupakan hal yang baru bagi Pertamina. Selain itu, modal untuk Blok Masela jauh lebih besar daripada blok migas lainnya seperti, Blok Rokan dan Mahakam yang merupakan sumur produksi. Pasalnya, Blok Masela masih dalam tahap pengembangan.
"Karena ini masalah uang negara, ini proyek yang berisiko. Pertamina harus melakukan studi secara serius," kata Moshe saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Jumat (9/9).
Selain itu, Moshe juga menyarankan agar Pertamina tidak mengambil seluruh hak partisipasi yang ingin dilepas Shell sebesar 35 %. Pertamina diminta untuk membentuk konsorsium dengan sejumlah perusahaan lain.
"Jika Pertamina ambil seluruhnya, 35%. Saya kira itu berat," sambungnya.
Dia melanjutkan, pemerintah juga diminta lebih bijak tatkala mereka meminta Indonesia Investment Authority atau INA untuk bergabung dalam proyek Blok Masela.
"INA itu modalnya juga dari perusahaan asing, mereka itu memberi pinjaman," jelas Moshe.
Moshe menganggap, peristiwa hengkangnya Shell dari proyek LNG Masela harus disikap sebagai pelajaran yang tak boleh terulang. Pasalnya, ujar Moshe, pemerintah musti lebih kompromi terhadap permintaan perusahaan Migas internasional yang punya modal dan teknologi yang lebih maju.
"Shell itu dulu minta offshore, mereka punya teknologi untuk itu. Tapi pemerintah minta onshore. Ini yang menyebabkan Shell pindah ke Australia," ucapnya. "Kalau pemerintah mengikuti Shell, Blok Masela sudah produksi dari jauh hari."
Sebelumnya diberitakan, Pertamina tengah menjajaki peluang untuk menggarap proyek Abadi LNG Blok Masela di kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Perusahaan energi pelat merah itu didorong agar bermitra dengan INA untuk mengambil saham Shell yang berminat hengkang.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan langkah ini menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo yang mendorong perusahaan migas nasional untuk menjadi mitra Inpex dalam mengelola Blok Masela yang disebut memiliki kandungan gas alam terbesar di dunia.
Pertamina diminta untuk untuk menggantikan Shell yang ingin hengkang dari proyek sumur gas tersebut. Nicke mengatakan, Pertamina bersedia melanjutkan proses pembahasan untuk bergabung dalam konsorsium, walau dalam kesempatan tersebut dirinya tak merinci merinci berapa besar hak partisipasi yang akan diakuisisi.
"Kami berminat karena ini merupakan giant recovery. Namun untuk proses berikutnya, kami bicara komersial dan studi kelayakan harga," kata Nicke dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR pada Kamis (8/9).
Nicke menilai, langkah Pertamina untuk turut serta di proyek Masela berpotensi meningkatkan cadangan dari produksi gas di Tanah Air.
"Kami melihat neraca gas cenderung decliner, maka ini harus segera dibangun," ujar Nicke.