RI Punya Empat Proyek Migas Raksasa Senilai Rp 558 Triliun, Apa Saja?

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Ilustrasi. SKK Migas menargetkan pada tahun 2030 produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas alam sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), atau secara total sebesar 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
21/9/2022, 21.57 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan ada empat proyek minyak dan gas bumi atau migas besar dan potensial yang diharapkan dapat meningkatkan produksi migas sebesar 65.000 Barrel of Oil Per Day (BOPD) dan 3.484 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) dengan total investasi lebih dari US$ 37,21 miliar atau Rp 558 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dollar AS.

Empat proyek tersebut yakni proyek Indonesia Deepwater Development atau IDD milik Chevron yang mencakup dua area di Gendalo dan Gehem, Kutai Basin, Kalimantan Timur. Rencananya proyek ini akan on stream pada kuartal IV 2025. Proyek yang memiliki potensi produksi mencapai 844 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) untuk gas alam dan minyak bumi 27.000 Barrel of Oil Per Day (BOPD) ini memiliki nilai investasi US$ 6,98 miliar atau Rp 104,7 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dollar AS.

Selain itu, pemerintah melalui PT Pertamina juga mempunyai Proyek Jambaran Tiung Biru yang berlokasi di Cepu, Jawa Timur. Proyek yang beroperasi pada Juli 2022 ini menyimpan 190 MMSCFD gas bumi dengan nilai proyek US$ 1,53 miliar atau Rp 22,9 triliun.

Selanjutnya, ada proyek Tangguh Train-3 yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek yang dijalankan oleh BP ini memiliki potensi produksi mencapai 700 MMSCFD dan 3.000 BCPD dijadwalkan on stream pada Desember 2022. Adapun nilai invetasi dari proyek ini mencapai US$ 8,9 miliar atau Rp 133,5 triliun.

Proyek keempat ada proyek gas alam cair atau LNG Abadi Masela yang dioperatori oleh Inpex Corporation. Proyek yang terletak di Kabupaten Tanimbar, Maluku ini ditarget beroperasi pada kuartal kedua tahun 2027. Blok Masela dengan nilai investasi US$19,8 miliar atau Rp 29,7 triliun ini menyimpan 9,5 million ton per annum (MTPA) yang terdiri dari 1.600 MMSCFD, 150 MMSCFD dan 35.000 BCPD.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi (migas) Medco Energi berminat untuk mengambil 10% dari hak partisipasi pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela dari Shell. Saat ini Shell memiliki hak PI di Blok Masela sebesar 35% yang sejatinya ingin mereka lepas sejak sejak dua tahun lalu. 

"Medco bilang berminat kalau bisa masuk 10%," kata Arifin saat ditemui di sela acara IPA Convention 2022 ke-46 dengan tema “Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change” di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (21/9).

Arifin mengatakan, keputusan komposisi pengelola Proyek Abadi Masela akan ditentukan dari konsorsium yang dikepalai oleh Inpex Corporation selaku oparator. "Kalau pemerintah sih mau saja Medco ambil 10% tapi tergantung dari konsorsiumnya saja, maunya gimana," sambungnya.

Selain Medco, Pertamina juga berpeluang masuk ke dalam konsorsium pengelola Blok Abadi Masela. Menurut Arifin, Pertamina tengah bernegosiasi sembari berhitung nilai keekonomian proyek. "Pertamina biar berhitung agar saat masuk dia gak rugi. Mereka hitung sendiri, sedang dalam proses," ujar Arifin.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan potensi investasi hulu migas Indonesia masih sangat besar. Indonesia memiliki 70 cekungan potensial yang belum dijelajahi untuk ditawarkan kepada investor. "Kami akan mempercepat eksplorasi di 5 wilayah kerja Indonesia Timur, yaitu Buton, Timor, Seram, Aru-Arafura dan West Papua Onshore," tukas Arifin.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu