Harga Minyak Melandai, Pakar: Harga Pertamax Harusnya Turun Rp 400

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Seorang petugas menunjukkan harga BBM jenis Pertalite yang sudah naik menjadi Rp10 ribu per liter di SPBU Maya jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/9/2022).
29/12/2022, 15.54 WIB

Fluktuasi harga minyak pada akhir tahun ini diproyeksikan bakal berdampak pada penurunan harga BBM non bersubsidi jenis bensin seperti Pertamax.

Kini harga minyak mentah Brent yang berada di kisaran US$ 82,83 per barel saat ini jauh lebih rendah dari reli harga minyak pada awal pembentukan harga Pertamax senilai Rp 13.900 per liter untuk wilayah Jawa-Bali pada Oktober lalu. Saat itu, harga minyak Brent berada di angka US$ 91,59 per barel.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, menyebut bahwa harga keekonomian BBM Pertamax saat ini ikut turun seiring melandainya harga minyak jika dibandingkan dengan harga di dua bulan belakangan.

Mamit melanjutkan, penyesuaian harga BBM non subsidi umumnya dilakukan tiap tiga bulan dengan formulasi hitung-hitungan yang mengacu pada Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62 Tahun 2020.

"Dengan harga minyak mentah saat ini, harusnya harga Pertamax bisa turun walau tidak banyak," kata Mamit saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Kamis (29/12).

Mamit menambahkan, penurunan harga keekonomian BBM non subsidi jenis bensin atau gasoline juga berpotensi pada Pertamax Turbo. Dia mengatakan, penurunan harga wajar secara otomatis akan menyusutkan harga jual.

Menurut Mamit, harga jual Pertamax dan Pertamax Turbo akan turun dalam kisaran Rp 300-400 per liter pada periode penyesuaian harga yang bakal terjadi dalam waktu dekat. "Perhitungan saya dengan formulasi yang saya buat, gak lebih dari Rp 300 sampai Rp 400 per liter," ujar Mamit.

Kendati demikian, Mamit menyampaikan hal serupa sulit terjadi pada BBM jenis gasoil atau diesel. Dia menyatakan harga jual Pertamina Dex maupun Dexlite sulit turun bahkan berpotensi terus terkerek.

Hal ini disebabkan oleh biaya crack spread yang lebih mahal. Sebagai informasi, crack spread adalah selisih antara harga produk BBM yang dihasilkan dengan harga minyak mentah.

"Kalau untuk solar seperti Pertamina Dex atau Dexlite agak sulit untuk turun karena komponen biaya cracking, dimana sistem pengolahannya agak beda dibandingkan dengan gasoline," ujar Mamit.

Pertamina Bakal Turunkan Harga Pertamax?

Menanggapi hal tersebut, Sektetaris Perusahaan Pertamina Parta Niaga, Irto Ginting, menyampaikan bahwa perusahaan masih melakukan tinjauan lebih lanjut ihwal harga keekonomian atau harga wajar dari BBM non subsidi Pertamax di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia.

"Pertamax masih kami review. Namun memang melihat tren, harganya menurun," kata Irto lewat pesan singkat pada Kamis (29/12).

BBM jenis Pertamax belakangan menjadi sorotan karena sifatnya yang unik. Meski masuk dalam kategori BBM non subsidi, bensin beroktan 92 ini pernah dijual oleh Pertamina di bawah harga wajar dengan konsekuensi perseroan yang harus menanggung selisih harga jual dengan harga keekonomiannya.

Namun seiring berjalannya waktu, Pertamina menyebut harga jual Pertamax pada Oktober sudah paralel dengan harga wajarnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu