Kementerian ESDM tengah menjajaki pengembangan cekungan migas Warim yang berlokasi di Papua Timur, wilayah yang berbatasan dengan Papua Nugini. Cekungan ini diklaim memiliki potensi sumber daya migas yang besar atau giant discovery.
Direktur Jenderal Migas, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang menjalin komunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) guna meneruskan izin pengembangan cekungan yang lokasinya berada di kawasan taman nasional atau hutan konservasi tersebut.
"Itu pertama yang akan kami lakukan, hubungannya dengan KLHK. Kami harus kejar kerjasama bagaimana realisasikan itu, kan ada taman nasional. Tapi kalau di luarnya masih bisa, kami akan mulai dari wilayah di luar taman nasional, itu dulu," ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (5/1).
Cekungan Warim merupakan satu diantara sepuluh wilayah yang potensial memiliki cadangan minyak dan gas bumi terbesar seperti halnya Blok Sakakemang di Sumatera Selatan yang ditemukan cadangan gas hingga 2 triliun kaki kubik (TCF).
Selain Warim dan Sakakemang, area potensial lainnya berlokasi di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), dan Sumatera Selatan (Fractured Basement Play).
Kemudian Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play) dan Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play).
"Warim ini yang kami fokuskan, Warim itu ada gas dan ada minyak besar sekali, giant. Ukurannya melebihi Blok Masela," ujar Tutuka.
Sebelumnya, Blok Warim dikelola oleh ConocoPhillips. Namun pada 2015 perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) itu melepas sahamnya pada blok tersebut.
Vice President Commercial ConocoPhillips Indonesia ketika itu, Taufik Ahmad, menyampaikan bahwa perusahaan menjual Blok Warim lantaran adanya kendala atau hambatan logistik dan perizinan.