Kebakaran terjadi pada Rig Bohai-85 di sumur WBD-7 Wilayah Kerja (WK) migas Jabung, Jambi yang dioperatori PetroChina International Jabung Ltd. pada Senin (9/1). Kementerian ESDM telah menerjunkan Inspektur migas ke lokasi.
Saat ini, Tim Inspektur Migas masih terus melakukan investigasi untuk mencari fakta dan penyebab kejadian yang menyebabkan dua orang mengalami luka bakar. Kedua korban tersebut telah mendapatkan penanganan medis dan satu orang korban dengan luka ringan sudah diperbolehkan kembali pulang pada Selasa (10/1).
"Hasil investigasi awal bahwa kejadian kebakaran diawali saat asisten elektrik menyalakan power shale shaker, kemudian terjadi percikan api yang mengenai lapisan minyak di atas tangki lumpur sehingga terjadi kebakaran," kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra dalam siaran pers, Rabu (11/1).
Mirza melanjutkan, investigasi oleh Tim Inspektur Migas yang ke lokasi sejak Selasa (10/1), masih berlanjut dan akan dilaporkan secara lengkap setelah pemeriksaan selesai seluruhnya.
Hasil investigasi awal juga menjelaskan pemadaman api dilakukan dengan menggunkan fire pump dan sumur di shut-in sementara. "Kebakaran berhasil dipadamkan oleh tim firefighting dalam waktu 15 menit," ujar Mirza.
Kebakaran Rig Bohai-85 di sumur WBD-7 WK Jabung di Jambi terjadi Senin (9/1). Hingga saat ini, kegiatan produksi migas di WK Jabung masih berlangsung normal, sembari dilakukan investigasi.
Sebelumnya SKK Migas mencatat perolehan capaian minyak terangkut atau lifting minyak hingga menjelang tutup tahun 2022 terus mengalami penurunan. Hingga akhir November realisasi lifting minyak berada di angka 612,5 ribu barel per hari (bph).
Angka ini lebih rendah 6,7% dari torehan lifting pada 2021 yang mencapai 657 ribu bph dan jauh di bawah target 703 ribu bph. Sedangkan salur gas berada di level 5.492 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau sama dengan capaian periode yang sama tahun lalu.
Ada sejumlah kendala produksi migas tahun ini disebabkan oleh beragam faktor. Satu diantaranya yaitu adanya produksi minyak yang hilang atau loss production opportunity (LPO) akibat minimya produksi migas awal tahun karena Pandemi Covid-19 pada tahun sebelumnya.
Turunnya lifting minyak juga disebabkan kendala internal di masing-masing wilayah kerja (WK), seperti yang terjadi di WK Rokan yang mengalami gangguan kelistrikan.
Kendala-kendala lain seperti persoalan perpipaan dan fasilitas pendukung lainnya juga ditemukan pada PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan BP. Selain itu juga karena adanya penundaan pada kegiatan pengeboran akibat permasalahan perizinan.