Tren Harga Minyak Turun, Pemerintah Hitung Ulang Harga BBM Bersubsidi

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/wsj.
Sejumlah pengendara motor antre untuk mengisi BBM subsidi jenis Pertalite di salah satu SPBU, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/9/2022).
Penulis: Happy Fajrian
30/1/2023, 18.57 WIB

Pemerintah tengah memonitor dampak dari tren penurunan harga minyak mentah dunia terhadap kemungkinan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Presiden, Senin (30/1).

“Harga minyak kita kan masih di bawah harga subsidi, jadi tentu akan dimonitor keberlangsungan daripada penurunan harga minyak,” kata Airlangga.

Selain itu pemerintah telah mengimplementasikan penggunaan campuran BBM solar dengan biodiesel sebanyak 35% atau B35. Hal tersebut mengurangi impor solar dan juga menekan jumlah subsidi yang dikucurkan pemerintah untuk jenis BBM tersebut. “Namun ini (penurunan harga minyak mentah dunia) terus kita akan monitor,” ujarnya.

Pemerintah juga sedang menyusun kebijakan untuk membuat biaya bahan bakar avtur menjadi lebih kompetitif. Kenaikan harga avtur telah memicu peningkatan tarif transportasi yang juga berimbas kepada kenaikan inflasi. “Ini akan dikalkulasi dan akan dirapatkan bagaimana kita bisa menurunkan biaya untuk avtur,” ujarnya.

Seperti diketahui pada awal Januari pemerintah menyesuaikan harga BBM non-subsidi yakni Pertamax Series dan Dex Series seiring turunnya harga minyak mentah dunia. Meski begitu harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar tak berubah.

Harga Pertamax di Jawa, Bali, Nusa Tenggara turun dari Rp 13.900 menjadi Rp 12.800, Pertamax Turbo dari Rp 15.200 menjadi Rp 14.050. Sedangkan Dex menjadi Rp 16.750 dari Rp 18.800 dan Dexlite menjadi Rp 16.150 dari Rp 18.300.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa harga Pertalite dan Solar Pertamina masih jauh di bawah harga BBM sejenis yang ditawarkan oleh SPBU swasta. Hal ini terjadi karena pemerintah masih memberikan subsidi yang cukup besar.

“Contoh Solar, pemeritah jual Rp 6.800 per liter. Padahal kompetitor menjual lebih dari dua kali lipatnya, artinya yang disubsidi negara ini masih sangat besar, sekira Rp 6.500,“ kata Nicke saat menggelar konferensi pers di SPBU Pertamina MT Haryono Jakarta pada Selasa (3/1).

Adapun harga minyak dunia pada Senin sore waktu Indonesia berada pada level US$ 85,92 per barel untuk jenis Brent, sedangkan WTI di level US$ 79,07 per barel. Sebelumnya Brent sempat menyentuh US$ 139 per barel pada Maret 2022, dan WTI US$ 130 per barel.

Turunnya harga minyak di sepanjang 2022 salah satunya dipicu prospek permintaan yang lemah seiring masih berlakunya kebijakan Zero Covid Cina. Kebijakan tersebut baru dicabut menjelang akhir tahun.

Reporter: Antara