Pemerintah berencana menerapkan kebijakan larangan ekspor tembaga dan mineral lainnya secara serempak pada Juni 2023. Hal ini untuk meningkatkan nilai tambah ekspor mineral untuk mendorong perekonomian nasional.
Namun pemerintah memutuskan untuk menunda larangan ekspor tembaga tahun ini lantaran belum rampungnya dua proyek smelter tembaga yang tengah digarap oleh dua perusahaan produsen tembaga terbesar di Indonesia, PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan bahwa progres smelter PTFI dan Amman Mineral terkendala kondisi pandemi Covid-19. Dengan smelter yang belum siap, larangan ekspor akan membuat ribuan ton bijih dan konsentrat tembaga tak terserap.
"Kita tahu bahwa dalam pembangunan smelter itu terkendala, ada pandemi yang menjadi bahan konsiderasi kami," kata Arifin di Istana Kepresidenan, Jumat (28/4).
Oleh karena itu pemerintah memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga dua perusahaan itu hingga Mei 2024. Termin waktu tersebut juga menjadi deadline bagi PTFI dan Amman Mineral untuk menyelesaikan proyek smelternya.
Menurut data Survei Geologi Amerika Serikat atau United States Geological Survey (USGS), total produksi smelter tembaga di seluruh dunia mencapai 25,3 juta ton pada 2021, dan diestimasikan naik menjadi 26 juta ton pada 2022.
Adapun Cina berada di urutan teratas dengan total produksi hasil olahan tembaga mencapai 10,5 juta ton pada 2021 dan diestimasikan naik menjadi 11 juta ton pada 2022. Cina adalah negara pengkonsumsi tembaga terbesar di dunia, dengan 80% kebutuhannya dipenuhi dari impor, terutama dari Peru dan Chile.
Permintaan tembaga Cina pun diperkirakan tumbuh lebih cepat tahun ini seiring dengan meningkatnya investasi pada sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik. Menurut lembaga riset yang didukung pemerintah Cina, Minmetals Economic Research Institute (MERI), konsumsi tembaga Cina diramal naik menjadi 110 ribu-120 ribu ton.
“Seiring permintaan tembaga dari sektor energi terbarukan di luar dugaan, permintaan tembaga di Cina masih kuat, bahkan terus naik,” ujar kepala peneliti MERI, Zuo Geng, seperti dikutip dari Economic Times India pada Jumat (28/4).
Berikut daftar negara dengan produksi olahan tembaga terbesar di dunia:
No. | Negara | Produksi 2021 (ribu ton) | Estimasi 2022 (ribu ton) |
1. | Cina | 10.500 | 11.000 |
2. | Cile | 2.270 | 2.100 |
3. | Jepang | 1.510 | 1.600 |
4. | Kongo | 1.450 | 1.700 |
5. | Rusia | 981 | 1.100 |
6. | Amerika Serikat | 971 | 1.000 |
7. | Korea Selatan | 647 | 660 |
8. | Jerman | 615 | 620 |
9. | Polandia | 578 | 590 |
10. | Kazakhstan | 500 | 510 |
Sumber: United States Geological Survey (USGS).
Lalu di mana posisi Indonesia? Menurut data USGS produksi olahan tembaga Indonesia pada 2021 mencapai 290 ribu ton, terbesar ke-15 di dunia di bawah Meksiko di urutan 11 (473 ribu ton), Australia di urutan 12 (385 ribu ton), Zambia urutan 13 (354 ribu ton), dan Peru urutan 14 (336 ribu ton).