SKK Migas Targetkan Lapangan Gas Mako Berproduksi pada Kuartal I 2025
SKK Migas memberikan tenggat waktu kepada Conrad Petroleum agar dapat mengoperasikan Lapangan Gas Mako secara komersial atau onstream pada kuartal I 2025. Secara paralel juga tengah dibahas rencana komersialisasi penjualan gas dari lapangan ini.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro, mengatakan pihaknya menargetkan lelang desain rinci atau front end engineering design (FEED) rampung pada 2023. "Proyek Mako untuk 2023 diharapkan selesai pada tahap FEED," kata Hudi kepada Katadata.co.id melalui pesan singkat pada Selasa (16/5).
Hingga 31 Maret 2023, SKK Migas melaporkan proses pengadaan telah selesai dan diproyeksikan bisa menyelesaikan seluruh FEED onshore dan offshore lapangan gas berkapasitas 120 MMscfd tersebut.
Lapangan Gas Mako terletak di Blok Duyung, Cekungan West Natuna. Conrad, selaku operator, mengetahui bahwa lapangan gas ini termasuk salah satu yang terbesar setelah merampungkan pengeboran pada akhir 2019.
Conrad melibatkan Gaffney Cline and Associates (GCA) untuk merampungkan audit sumber daya independen terkait Lapangan Gas Mako.
Estimasi terkait sumber daya yang dapat dipulihkan 2C atau kontingen, mencapai 495 miliar kaki kubik fit (BCF) atau 79% lebih tinggi dibandingkan hasil audit 2019. Sedangkan sumber daya 3C atau bergantung, 108% lebih tinggi.
Berdasarkan hasil audit tersebut, Conrad mengumumkan bahwa Lapangan Gas Mako merupakan salah satu ladang gas terbesar yang pernah ditemukan di Cekungan West Natuna. "Lapangan Mako merupakan lapangan gas, sejauh ini pembahasan dengan calon pembeli makin progresif," ujar Hudi.
Agar dapat onstream tepat waktu, SKK Migas berupaya melakukan pengeloloaan proyek secara intensif sesuai dengan aspek pengelolaan proyek yang baik. Di antaranya pemanfaatan komponen lokal yang maksimal, serta efisiensi dan efektivitas proses perijinan.
"Kami terus melakukan komunikasi melalui monitoring dan pengawasan pekerjaan, baik terkait kegiatan maupun biaya," kata Hudi.
Adapun Blok Duyung memiliki luas sekitar 890 km2, yang terbentang di Kepulauan Riau dan perairan lepas pantai Indonesia, Laut Natuna. Lapangan ini juga dekat dengan West Natuna Transportation System (WNTS), pipa gas alam yang menghubungkan tiga blok penghasil di Laut Natuna ke Singapura.
WNTS saat ini memasok sekitar 0,4 miliar kaki kubik (Bcf) gas alam per hari ke Singapura. Conrad memiliki 76,5% hak partisipasi di Duyung. Mitranya, Coro Energy Plc dan Empyrean Energy Plc, masing-masing memiliki 15% partisipasi dan 8,5%.