Korporasi Jepang Lirik Potensi Investasi Nikel dan Kobalt di Indonesia

Dokumentasi perseroan
Ilustrasi produk nikel.
17/7/2023, 21.11 WIB

Perwakilan dari sejumlah korporasi energi asal Jepang membahas potensi investasi pengembangan mineral nikel dan kobalt dengan jajaran Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) di Aula Sarulla Kementerian ESDM pada Senin (17/7).

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minerba, Muhammad Wafid, mengatakan pertemuan selama dua jam itu lebih mengarah pada tukar-menukar informasi.

Direktorat Jenderal Minerba memaparkan cadangan nikel domestik, sementara para delegasi perusahaan Jepang menjabarkan rencana mereka untuk memperkuat pengembangan baterai hingga kendaraan listrik seiring upaya mengejar target emisi nol bersih 2060.

"Mereka menanyakan tentang nikel dan kobalt. Tadi Pak Menteri mengarahkan agar Jepang itu masuk untuk sepeda motor listrik, langsung saja yang spesifik," kata Wafid di Kementerian ESDM pada Senin (17/7).

Wafid menjelaskan, pertemuan bilateral saat itu belum membahas soal kelanjutan rencana investasi pada sektor hulu hingga hilir. Adapun kobalt merupakan mineral olahan bijih nikel kadar rendah yang dihasilkan dari smelter hidrometalurgi High Pressure Acid Leach Leaching (HPAL).

Melalui smelter HPAL, nikel kadar rendah diolah menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP) atau mixed sulphide precipitate (MSP) sebagai bahan baku precursor dan katoda baterai kendaraan listrik. "Pembicaraannya tidak spesifik, baru pemicaraan awal," kata Wafid.

Negeri Matahari Terbit kerap menjalin relasi invetasi pengembangan energi baru dan terbarukan dengan Pemerintah Indonesia. Satu di antaranya adalah pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau antara PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD).

Dua perusahaan energi itu telah menandatangani nota kesepahaman pada Jumat, 3 Maret lalu. Nota kesepahaman ini mencakup pelaksanaan survey verifikasi, seleksi bersama atas area produksi hidrogen, identifikasi segmen pasar, hingga pengembangan pasar.  Melalui kesepakatan studi bersama ini, keduanya akan mengembangkan hidrogen hijau dan amonia dengan biaya yang efisien.

Dalam tahapan komersialisasinya, prioritas target yang disasar oleh keduanya adalah pasar domestik Indonesia, dan dalam jangka menengah hingga panjang akan meluas ke pasar ekspor ke Jepang.

Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) TEPCO HD, Chikara Kojima. Nota kesepahaman ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan joint study agreement antara keduanya pada 18 Oktober 2022 di Bali.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu