Pertamina Izinkan Pengusaha Pertashop Jual Solar dan Pertalite

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/Spt.
Operator melayani pembeli BBM jenis pertamax di pertashop di kawasan lereng gunung Sindoro Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (5/8/2023).
Editor: Lavinda
30/8/2023, 18.24 WIB

PT Pertamina membuka peluang bagi pengusaha Pertamina Shop alias Pertashop untuk menjual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar dan Pertalite pada kuartal keempat 2023. Keputusan tersebut kini masih dalam proses kajian antara perseoran dan BPH Migas.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan pembahasan antar dua otoritas distributor migas domestik itu mengacu pada keperluan infrastruktur yang harus dilengkapi oleh pelaku usaha Pertashop.

Nicke menjelaskan, Pertashop yang ingin menjual Solar dan Pertalite setidaknya harus memiliki infrastruktur serupa yang dipasang di SPBU. Infrastruktur yang dimaksud ialah skema digitalisasi yang memungkinkan Pertashop dapat memantau kondisi stok BBM, penjualan BBM dan transaksi pembayaran.

Seluruh data-data tersebut juga dapat diakses secara langsung oleh Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan BPH Migas. Dengan demikian, dapat saling mendukung untuk pengawasan penyaluran BBM termasuk yang bersubsidi yaitu Solar dan Pertalite.

“Diperlukan infrastruktur yang memadai di Pertashop mengingat untuk pertanggungjawaban terhadap auditor negara,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Rabu (30/8).

Berdasarkan hitung-hitungan Pertamina, pelaku usaha Pertashop akan mendapatkan margin yang lebih rendah 40% daripada penjualan BBM Pertamax.

Hal itu mengacu pada sifat Solar dan Pertalite yang merupakan BBM subsidi, sehingga pemerintah punya kewajiban untuk mematok margin penjualan dua BBM bersubsidi tersebut.

“Untuk mendapatkan level profit margin yang sama dengan Pertamax, pelaku usaha Pertashop harus menjual 3,5 kali lebih banyak,” ujar Nicke.

Sebelumnya, pengusaha Pertashop meminta Pertamina untuk mengizinkan akses penjualan produk BBM Pertalite atau RON 90 dengan harga non-subsidi.

Ketua Bidang Hukum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan Yogyakarta, I Nyoman Adi Feri mengatakan para pengusaha Pertashop bersedia menjual BBM Pertalite pada kisaran harga Rp 11.200 sampai Rp 11.400 per liter. Harga ini lebih tinggi dibanding harga jual di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) senila Rp 10.000 per liter.

Lebih lanjut, kata Nyoman, penjualan Pertalite non-subsidi seharga Rp 11.400 di Pertashop masih tetap mengacu pada margin Rp 850 per liter pada penjualan Pertamax saat ini.

Dia menilai, implementasi rencana tersebut dapat menekan aktivitas penjualan Pertalite eceran secara bebas melalui skema Pertamini dengan rata-rata harga jual Rp 12.000 per liter. Dengan mekanisme tersebut, penjualan Pertalite eceran Pertamini mendulang untung Rp 2.000 per liter.

Menurut Nyoman, usulan tersebut dapat menyelamatkan kinerja bisnis Pertashop yang sedang merosot, imbas maraknya penjual Pertalite eceran dan disparitas harga jual Pertamax dan Pertalite yang mencapai Rp 2.500 sampai Rp 2.800 per liter.

 "Kalau kami diberi hak untuk jual Pertalite Rp 11.400, saya yakin Pertamini akan kalah sehingga bisa menyelamatkan bisnis Pertashop," ujar Nyoman saat Audiensi dengan Komisi VII DPR pada Senin (10/7).

Ketua Umum Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) Steven meyatakan anggota HPMI rata-rata dapat menjual 200 liter Pertamax per hari atau 6.000 liter bulan. Dengan harga jual Rp 12.400 per liter, pelaku usaha dapat memperoleh laba kotor Rp 5,1 juta dari hasil marjin perjualan Pertamax senilai Rp 850 per liter.

Dari omzet Rp 5,1 juta tersebut, pelaku usaha hanya menerima laba sejumlah Rp 1,2 juta per bulan setelah terpotong biaya operasional bulanan seperti upah operator, pajak reklamet, sewa tempat, hingga biaya listrik dan air.

Dia melanjutkan, pelaku usaha mampu menjual rata-rata 34.000 liter Pertamax saat harga BBM beroktan 92 tersebut masih berada di harga Rp 9.000 per liter pada triwulan pertama 2022.

Volume penjualan merosot ke angka 24.000 liter saat harga Pertamax mencapai Rp 12.500 per liter pada pertengahan tahun 2022. Kondisi tersebut kembali anjlok saat harga Pertamax berada di angka Rp 13.300 pada Januari- Maret 2023 dengan realisasi total penjualan 14.000 liter.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu