Dirut PLN Ajak Pimpinan Asia Tenggara Bangun Jaringan Listrik ASEAN
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Darmawan Prasodjo mengajak para anggota negara ASEAN untuk merealisasikan pembangunan proyek kerangka kerja sama integrasi jaringan listrik se-Asia Tenggara atau ASEAN Power Grid.
Ajakan tersebut disampaikan oleh Darmawan saat mengisi diskusi panel ASEAN Indo-Pasific Forum (AIPF) di Hotel Mulia Jakarta pada Rabu (9/6).
Menurut Darmawan, proyek ini mampu menjaga keandalan listrik di kawasan Asia Tenggara sekaligus mengatasi kesulitan anggota ASEAN untuk membangun jaringan listrik lokal.
"Kita harus mengatasi kompleksitas teknis pembangunan jaringan listrik dengan menyelaraskan cabang-cabang lintas batas dari Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, hingga Indonesia," kata Darmawan.
Proyek ASEAN Power Grid juga disebut Darmawan mampu mempercepat pengembangan energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara. Hal seiring jaringan integrasi yang dihasilkan dari pembangkit listrik hijau.
"Jaringan listrik ASEAN bukan hanya tentang menara, bukan hanya tentang kabel, bukan hanya tentang gardu induk, namun juga mewakili penyebaran aset baru," ujarnya.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM menginisiasi proyek interkoneksi listrik bersama Brunei Darussalam, Malaysia dan Filipina (BIMF). Caranya dengan mendorong terbentuknya nota kesepahaman di antara badan usaha ketenagalistrikan.
Proyek itu akan meniru skema interkoneksi LTSM yang sudah berjalan di wilayah Laos, Thailand, Singapura dan Malaysia. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman P. Hutajulu, mengatakan kerja sama ini akan dilaksanakan lewat skema antar pemerintah dengan proyeksi evakuasi daya listrik minimal 500 Kilovolt (Kv).
Menurut Jisman, seluruh listrik yang disalurkan akan berasal dari sumber energi terbarukan. "Nanti kalau teknologinya sudah memadai bisa di 1.000 Kv," kata Jisman saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (31/3).
Jisman menambahkan, empat Menteri Energi yang tergabung di dalam proyek interkoneksi BIMF tengah melakukan kajian untuk menentukan besaran kapasitas salur listrik, infrastruktur hingga investasi yang wajib dikeluarkan oleh masing-masing negara.
Dia mengatakan bahwa proyek interkoneksi BIMF bakal lebih menguras pembiayaan ketimbang jaringan interkoneksi LTSM. Alasannya, proyek tersebut akan dihubungkan melalui infrastrukur jaringan kabel bawah laut.
"LTSM ini basisnya di darat, pastinya lebih mudah. Bayangkan untuk ke Filipina ini laut dalam," ujar Jisman.