Vale Base Metals akan Tambah Investasi US$ 10 Miliar di Indonesia

ANTARA FOTO/jojon/Spt.
Foto udara smelter milik PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023).
Penulis: Hari Widowati
8/9/2023, 10.00 WIB

Vale Base Metals berkomitmen akan menginvestasikan US$ 10 miliar atau sekitar Rp 153 triliun (kurs Rp 15.330 per US$) dalam satu dekade mendatang. Tambahan investasi ini untuk mengakomodasi permintaan terhadap logam seperti nikel dan tembaga yang dibutuhkan untuk memproduksi kendaraan listrik.

"Investasi itu merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk membelanjakan US$ 25 miliar hingga US$ 30 miliar untuk proyek-proyek baru di Brasil, Kanada, dan Indonesia dalam sepuluh tahun ke depan," kata Chief Executive Officer Vale Base Metals Deshnee Naidoo kepada Reuters, Kamis (7/9).

Investasi ini juga sejalan dengan ambisi Indonesia untuk menjadi pusat produksi bahan baku baterai dan kendaraan listrik. Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia, serta cadangan raksasa untuk tembaga dan bauksit yang dibutuhkan untuk produksi aluminium.

Vale Base Metals melalui anak usahanya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), tengah mengembangkan dua smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) bersama perusahaan Cina Zhejiang Huayou Cobalt Co dan mitra lainnya. Smelter tersebut akan memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) dari nikel, material yang digunakan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.

Vale juga bermitra dengan perusahaan Cina, Shandong Xinhai Technology Co. Ltd, dan unit usaha dari China Baowu Steel Group Corp. Ltd untuk membangun smelter ferro-nikel. Proyek ini akan meningkatkan kapasitas pemurnian Vale Indonesia dari sekitar 75.000 metrik ton per tahun menjadi hampir mencapai 300.000 metrik ton per tahun.

"Jika semua rencana berjalan dengan mulus, hal ini akan terealisasi dalam lima hingga delapan tahun ke depan. Ini merupakan investasi yang serius dan kami berkomitmen untuk itu," ujar Naidoo di sela-sela Indonesia Sustainability Forum, di Jakarta.

Untuk proyek di Pomalaa, perusahaan menginvestasikan US$ 1 miliar untuk tambang nikel. Perusahaan juga sudah memulai pembangunan smelter HPAL senilai US$ 3,5 miliar yang dibangun bersama Huayou dan produsen otomotif Amerika Serikat Ford Motors.