Pemerintah saat ini tengah melakukan pengembalian kontrak kerja sama atau terminasi 50 wilayah kerja (WK) migas kepada negara. Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa 11 WK diantaranya berasal dari blok migas nonkonvensional (MNK).

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan untuk terminasi 11 WK MNK ini memiliki skema khusus. Selain itu pemerintah tidak akan langsung mengembangkan potensi MNK dari 11 WK migas tersebut. “Nanti MNK kan ada aturannya sendiri,” kata Arifin saat ditemui Katadata.co.id pada Jumat (20/10).

Arifin menerangkan, pihaknya saat ini akan terus mengupayakan pengembangan migas nonkonvensional, namun dia menyebut pemerintah akan fokus pada salah satu blok terlebih dahulu. “Kita konsentrasi dulu sama Blok Rokan biar kita jadi punya pengalaman dulu nih,” ucapnya

Dia menjelaskan, akan dilakukan pengeboran sebanyak dua kali di Blok Rokan, tepatnya di sumur Gulamo dan Kelok. “Sekarang sudah ngebor satu, Desember nanti ngebor satu lagi,” ungkapnya.

Sebagai informasi, pemanfaatan shale gas oil memerlukan teknologi khusus berupa fracking atau fracturing, yang mahal dan memiliki risiko. Dirjen Migas menyebut, komoditas minyak ini yang membuat Amerika Serikat berubah dari importir minyak terbesar menjadi eksportir.

Sedangkan CBM atau gas metana merupakan sumber energi yang efisien dan bersih yang tersebar di Indonesia dan prospek untuk dikembangkan secara ekonomis. Nilai kalor metana murni adalah 35,9 MJ/m3, yang setara dengan nilai kalor dari 1,2 kg batubara standar.

Sehingga manfaat dari sumber energi CBM digunakan tidak hanya mengurangi risiko produksi batu bara, tetapi juga memperoleh energi bersih dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Dirjen Migas Tutuka Ariadji mengatakan bahwa 11 WK MNK yang dikembalikan ke negara tersebut sebetulnya sudah dikembangkan sejak lama. Namun, dia menganggap kurang prospektif untuk dilanjutkan ke tahap operasi.

Tutuka melanjutkan, berdasarkan pengalamannya, perhitungan tiap geologis akan berbeda-beda. Perhitungan seorang geologis sebelumnya tidak ada secara konseptual dari segi petrol sistem tapi di sisi yang lain bisa mengatakan ini masih prospektif.

“Bisa berbalik dikatakan tidak ada, tapi bisa juga besar. Masih perlu kita tunggu bagaimana tambahan data dari tim subservice-nya melakukan kajian,” kata Dirjen Migas Tutuka Ariadji dalam keterangan resminya yang dikutip pada Jumat (20/10).

Harapannya, setelah dilakukan lagi kajian data oleh ahli yang memiliki sisi pandang berbeda, dilelang lagi mampu menambah produksi migas nasional di kemudian hari.

“Terminasi ini harapannya dikerjakan kembali dengan tenaga yang baru, expert yang dari sisi pandang yang berbeda dengan tambahan data. Nah, kami sangat berharap ini bisa menambah produksi di kemudian hari,” ujarnya

Reporter: Mela Syaharani