Gibran Sebut Tesla Pakai Nikel untuk Baterai Mobil Listrik, Benarkah?
Pembahasan mengenai Lithium Ferro Posphate (LFP) menjadi sorotan dalam Debat Cawapres Minggu (21/1) malam. Awalnya Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut co captain AMIN, Tom Lembong melakukan kebohongan publik saat membahas mengenai nikel dan LFP.
“Ini agak aneh. Yang sering ngomongin FLP itu tim sukses, tapi cawapresnya enggak tahu. Bilang Tesla enggak pakai nikel, ini kan kebohongan publik. Tesla itu pakai nikel pak,” ujar Gibran.
Sebagai informasi, LFP merupakan salah satu teknologi baterai kendaraan listrik yang tidak menggunakan nikel. LFP dinilai sebagai salah satu baterai paling aman secara kimia, dengan ketahanan termal lebih dari 480°C.
Baterai LFP memiliki densitas energi yang lebih rendah dan murah untuk diproduksi, dibandingkan baterai lithium-ion yang menggunakan nikel sehingga dapat menyimpan energi lebih besar. Bahkan baterai berbasis nikel ini dapat mencapai jarak yang lebih jauh dibandingkan baterai LFP. Ini menjadi salah satu kelemahan baterai LFP.
Produsen terbesar baterai berteknologi ini yaitu perusahaan Cina seperti Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), China Aviation Lithium Battery Co., Ltd (CALB), dan Lishen Battery.
Apakah Tesla Masih Pakai Nikel untuk Mobil Listrik?
Melansir The Korea Economic Daily, produsen mobil listrik kenamaan dunia, Tesla sudah mulai tertarik untuk memasang baterai LPF ke semua mobil milik mereka. Hal berdasarkan informasi dari media asal Korea Selatan tersebut yang ditulis pada Oktober 2021 lalu.
Ketertarikan Tesla akan LFP ini memang bukan sekedar seruan belaka. Terbukti, saat ini kendaraan listrik produksi Tesla sudah memiliki variasi, tidak hanya berasal dari baterai berbahan nikel namun juga dari LFP.
Pada 2021 atau tahun pertama penerapannya, Tesla telah menggunakan LFP sebanyak 20% dari mobil yang mereka produksi. Jumlah ini bertambah pada 2022 yang mencapai 30% dari total produksi.
Berdasarkan laporan Tesla dalam Master Plant Part 3 yang dikeluarkan pada 5 April 2023, tertulis bahwa kendaraan listrik jarak standar dapat menggunakan bahan bakar dengan kepadatan energi yang lebih rendah (LFP). Sementara kendaraan jarak jauh membutuhkan bahan bakar dengan kepadatan energi yang lebih tinggi sehingga menggunakan nikel.
Nikel tinggi mengacu pada katoda Nikel Mangan kobalt rendah hingga nol yang saat ini sedang diproduksi, sedang dikembangkan di Tesla, pemasok Tesla, dan di kelompok penelitian.
Adapun katoda merupakan logam yang mengalami reduksi dengan menangkap elektron hasil dari oksidasi logam. Ini merupakan komponen penting dari baterai sekunder (isi ulang) untuk mendapatkan baterai dengan performasi yang baik.
Berikut tipe kendaraan serta katoda yang digunakan:
- Kendaraan compact menggunakan LFP
- Kendaraan Midsized model 3 atau Y menggunakan LFP
- Kendaraan komersial atau passenger vans menggunakan nikel
- Kendaraan sedan besar, SUVs dan truk model S, model X, dan cybertruck menggunakan nikel
- Kendaraan bus menggunakan LFP
- Kendaraan short range heavy truck model semi light menggunakan LFP
- Kendaraan long range heavy truck model semi heavy menggunakan nikel.
Menurut data Badan Energi Internasional (IEA), penggunaan baterai lithium ion masih lebih banyak digunakan dibandingkan LFP. Pada 2022, penggunaan LFP untuk mobil listrik hanya 27%, sementara baterai lithium ion yang berbasis nikel mencapai 78%.
Namun, permintaan baterai LFP terus meningkat setiap tahunnya. Hal itu terlihat jika membandingkan porsi penggunaan baterai LFP yang hanya sekitar 7% pada 2018. IEA bahkan mencatat sekitar 95% LFP diproduksi Cina, mobil listrik asal BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan baterai tersebut.