PT Pertamina Kilang Internasional (KPI) mengatakan belum ada pergantian mitra pada proyek Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban. Corporate Secretary KPI Hermansyah C. Nasroen menyebut perusahaan masih bekerja sama dengan perusahaan minyak dan gas (migas) asal Rusia, Rosneft.
“Pertamina melalui anak usaha KPI, yaitu Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) saat ini masih bersama Rosneft untuk pelaksanaan proyek GRR Tuban,” kata Hermansyah saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (6/2).
Kilang Tuban merupakan proyek kerja sama antara Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft. Pertamina dan Rosneft bahkan telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada Oktober 2019.
Pengelola proyek ini yaitu Kilang Pertamina Internasional bersama Rosneft, perusahaan migas asal Rusia. Pada proyek ini Pertamina menguasai saham 55%, sementara Rosneft 45%. Kedua perusahaan kemudian mendirikan sebuah perusahaan bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) pada November 2017.
Kilang dengan nilai investasi proyek mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,2 triliun itu dibangun dengan kapasitas pengolahan 300 ribu barel per hari (bph) yang diperkiraan dapat menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
Pengembangan kilang Tuban termasuk dalam proyek strategis nasional yang tercantum di dalam Peraturan Presiden RI Nomor 56 Tahun 2018.
Sebagai informasi, pada November 2023 PT KPI mengatakan keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) proyek GRR atau Kilang Tuban akan terlaksana pada Maret 2024. “Untuk FID saat ini masih dalam progress,” ujar Hermansyah.
Sebelumnya, Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menyampaikan bahwa pada akhir 2023 lalu pihaknya sedang menyiapkan tender delapan paket engineering, procurement, and construction (EPC) utama berkaitan dengan konsep EPC-Financing.
Selain penyiapan tender, dia juga menyebut tengah mengerjakan persetujuan financial advisor oleh pemegang saham, termasuk dengan Rosneft. “Insya Allah di Maret 2024 FID bisa kita dapatkan,” kata Taufik dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (21/11).
Taufik berharap adanya beberapa dukungan untuk proyek GRR ini yang pertama mengenai infrastruktur. Taufik menyebut perlunya akses lahan kilang melalui pembangunan ruas jalan tol Tuban serta rel kereta api dari Babat-Tuban.
“Kemudian pelebaran jalan dan penguatan jembatan existing di ruas Gresik untuk menunjang kegiatan pada saat konstruksi nantinya,” ujarnya.
Selain infrastruktur, Taufik juga mengusulkan adanya pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tuban agar mendukung keekonomian proyek GRR ini. Mengenai KEK, Taufik mengatakan pihaknya masih dalam tahap persiapan proposal pengusulan ini. “Target approval KEK pada kuartal pertama 2024,” ungkapnya.
Terdampak Sanksi
Untuk diketahui, Kilang Tuban yang terletak di Jawa Timur ini mengalami masalah pendanaan sebab Rosneft selaku investor dalam proyek tersebut terdampak sanksi dari Uni Eropa kepada Rusia atas perang di Ukraina. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan masih menunggu jawaban terkait kelanjutan posisi Rosneft di Kilang Tuban.
“Kalau Rosneft tau sendiri, sulit. Tapi saya sudah berbicara dengan dubes Rusia untuk komunikasi dengan Rosneft,” kata Arifin beberapa waktu lalu, Jumat (3/11/2023).
Arifin menjelaskan dalam pertemuannya dengan kedutaan besar Rusia membahas seberapa besar kemungkinan bagi Rosneft untuk tetap menjadi bagian dari proyek Kilang Tuban. “Masih bisa nggak? Kalau gak kami cari pengganti,” ucapnya.