Perusahaan eksplorasi dan produksi minyak asal Amerika Serikat (AS), Occidental Petroleum, memperkirakan kekurangan pasokan minyak global pada 2025. Hal disebabkan oleh kegagalan untuk menemukan cadangan minyak baru untuk menggantikan cadangan yang telah dieksploitasi.
"Saat ini kita berada dalam situasi di mana dalam beberapa tahun ke depan kita akan kekurangan pasokan," ujar CEO Occidental Vicki Hollub dalam Smead Investor Oasis Conference di Phoenix, Arizona, dikutip dari CNBC.com pada Rabu (7/2).
Sebagai informasi, sekitar 97% minyak yang diproduksi dunia saat ini berasal dari penemuan-penemuan pada abad ke-20. Namun secara global, kurang dari 50% minyak mentah yang diekstraksi pada dekade terakhir telah digantikan dengan temuan cadangan baru.
Peringatan pasokan dari Hollub muncul di saat pasar memperkirakan kelebihan pasokan, dengan harga minyak turun 7% sepanjang minggu lalu, dan ketegangan geopolitik tingkat tinggi gagal untuk mengerek harga minyak secara signifikan.
Vicki mengatakan meskipun AS, Brasil, Kanada, dan temuan minyak raksasa baru di Guyana sedang memproduksi minyak mentah dalam volume yang sangat tinggi saat ini serta permintaan Cina yang masih rendah, masa depan minyak akan menjadi masa yang penuh dengan kekurangan.
"Pasar tidak seimbang saat ini. Tetapi sekali lagi, ini adalah masalah permintaan jangka pendek yang akan menjadi masalah pasokan jangka panjang," ujarnya.
Tahun lalu, permintaan minyak global tumbuh dengan sangat cepat, dengan konsumsi tahun 2023 melebihi konsumsi tahun sebelumnya lebih dari 2 juta barel per hari. Konsensus di antara badan-badan energi mengatakan bahwa permintaan minyak global akan mengalami peningkatan lagi pada 2024.
Energy Intelligence memperkirakan bahwa permintaan global tahun ini akan mencapai 1,1 juta barel per hari (bph). Angka ini mencerminkan kondisi permintaan sebelum pandemi Covid-19. Sedangkan OPEC memprediksi permintaan minyak tumbuh menjadi 1,8 juta bph pada 2025. Dua proyeksi ini dengan asumsi penguatan ekonomi Cina.
Peringatan Occidental mengenai keadaan minyak pada 2025 juga muncul ketika Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka tidak akan menambah kapasitas produksi minyak mereka, seperti yang telah direncanakan sebelumnya.
Bahkan pemerintah Saudi telah memerintahkan perusahan minyak milik negara, Saudi Aramco, untuk mengurangi kapasitas produksi maksimalnya dari 13 juta bph menjadi 12 juta bph.