PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membutuhkan investasi hingga US$ 152 miliar atau setara Rp 2.387 triliun untuk mengejar target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebanyak 80 GW sampai 2040 mendatang. Dari target penambahan kapasitas tersebut, sekitar 75% atau 60 GW dari total kapasitas tersebut berasal dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) sedangkan 25% atau 20 GW merupakan pembangkit berbasis gas.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN akan mengandalkan pembangkit berbasis air, gas dan panas bumi sebagai baseload. Hal ini sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2022.
Namun, pengembangan ketiga jenis pembangkit ini dihadapkan pada tantangan jarak antara sumber pasokan energi dengan pusat permintaan listrik yang tergolong jauh. Untuk itu, dibutuhkan investasi pada infrastruktur ketenagalistrikan, khususnya transmisi agar listrik tersebut dapat didistribusikan ke lokasi yang jauh.
“Price tag-nya dihitung kemarin sekitar US$ 152 miliar sekitar Rp 2.387 triliun antara hari ini sampai 2040,” kata Darmawan dalam sambutannya di Road to Investment Days 2024, dengan tema "Powering The Future: Sustainable Energy Transformation for Indonesia 2024", di Jakarta, Rabu (6/3).
Darmawan menyebut kebutuhan investasi ini termasuk untuk membangun transmisi dengan total jarak mencapai 47.000 km serta pembangunan smart grid. Selain itu, investasi itu juga mencakup penambahan kapasitas pembangkit sekitar 30 GW untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP), serta 28 GW untuk angin dan surya.
Sementara itu, Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PT PLN Evy Haryadi mengatakan kehadiran kebijakan hilirisasi serta munculnya berbagai teknologi baru akan mengakselerasi transisi energi dari yang sebelumnya berbasis fosil menjadi energi baru terbarukan.
“Berbagai macam perubahan baru yang muncul sepanjang 2021-2023, seperti kebijakan hilirisasi cukup boost demand (meningkatkan permintaan),” kata Evy, pada kesempatan yang sama.
Evy mencontohkan terkait peningkatan target Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), yang semula ditargetkan terpasang 4,7 gigawatt (GW) pada 2030, menjadi 7,6 GW pada 2033. Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), juga meningkat dari target awal sebesar 600 MW menjadi 5 GW.
“PLTB ini cukup menantang. PLTB punya potensi yang sangat besar karena saat ini tidak disyaratkan (memenuhi) TKDN (tingkat komponen dalam negeri),” ujar Evy. Ketiadaan syarat tersebut dapat menjadi salah satu pertimbangan para investor untuk menanamkan modalnya.
PLN juga meningkatkan target kapasitas terpasang PLTA dari 10,4 GW pada 2030, menjadi 13,7 GW. “Kalau panas bumi target sebelumnya 3,4 GW menjadi 5,6 GW,” ujar dia.