Kilang Pertamina Internasional menargetkan keputusan akhir investasi (FID) dari proyek grass root refinery (GRR) atau Kilang Tuban ditetapkan pada kuartal keempat 2024.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan FID tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat. “Tidak Maret, FID tidak mungkin Maret 2024. Target awal FID 2025, tapi kami akan selesaikan di tahun ini, kuartal IV 2024,” kata Taufik dikutip pada Senin (1/4).
Kilang Tuban merupakan proyek kerja sama antara Pertamina dengan perusahaan migas Rusia, Rosneft. Pertamina dan Rosneft bahkan telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada Oktober 2019.
Kilang dengan nilai Investasi proyek mencapai US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,2 triliun itu dibangun dengan kapasitas pengolahan 300 ribu barel per hari yang diperkiraan dapat menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.
Taufik mengatakan pihaknya saat ini sedang persiapan untuk tahap pemilihan pihak pelaksana Engineering Procurement Construction (EPC). “Kami baru saja kick off meeting untuk EPC,” ujarnya.
EPC merupakan tahapan yang terdapat dalam proses perancangan sebuah sistem yang akan dibangun, yang dilanjutkan dengan pengadaan kemudian membangun sistem yang sudah dirancang sebelumnya.
Pertamina akan mulai menawarkan proyek ini kepada sejumlah perusahaan hingga mendapatkan pelaksana EPC untuk kilangnya. Penetapan pelaksana EPC ini akan dilakukannya bersama Rosneft setelah proses FID selesai.
“EPC memang harus dilakukan (sebelum FID). Kami akan lelang dahulu namun pemenangnya belum, menunggu FID,” ucapnya sembari menjelaskan bahwa data EPC ini nantinya akan digunakan untuk input keekonomian proyek kilang.
Posisi Rosneft
Mengenai proyek Kilang Tuban, Taufik menegaskan hingga saat ini pihaknya masih bekerja sama dengan Rosneft dan hingga saat ini belum ada mitra baru pengelola salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini. “Kami masih bersama Rosneft dan sejauh ini belum ada (tambahan mitra). Rosneft masih di dalam (proyek),” kata dia.
Berbicara mengenai Rusia, Taufik mengatakan bahwa sebetulnya Rosneft secara perusahaan tidak terkena sanksi negara barat akibat invasi Rusia atas Ukraina pada 2022.
“Sebenarnya dari sisi Rosneft kan bukan sanction company. Kalau baca lebih detail lagi Rosneft-nya ini secara perusahaan enggak disanksi. Makanya kami joint venture itu masih valid,” ujar Taufik.
Kendati demikian, Taufik mengatakan enggan menjawab tentang kepastian bahwa proyek ini akan berjalan lancar tanpa kendala dari sisi keuangan.
“Kita lihat nanti hasil FID-nya, FID ada keekonomian, apakah proyek ini ekonomi atau gak ekonomi. Kalau ekonomi, kami (Pertamina dan Rosneft) akan duduk lagi untuk menentukan mau seperti apa (proyek ini). Mau full equity semua, apakah ada porsi untuk financing ke market? Financial modeling lagi dikerjakan,” ucap Taufik.
Untuk diketahui, pada November 2023 Taufik mengatakan FID Kilang Tuban akan dilaksanakan pada Maret 2024. “Insya Allah di Maret 2024 FID bisa kita dapatkan,” kata Taufik dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (21/11).
Menteri ESDM soal Kilang Tuban
Berbeda dengan pernyataan Taufik, Kementerian ESDM mengatakan masih terus berupaya agar proyek grass root refinery (GRR) atau Kilang Tuban terus berjalan. Meski begitu Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui bahwa proyek ini dalam posisi sulit.
Hal ini lantaran Rosneft, perusahaan energi Rusia yang menjadi mitra dalam proyek ini, tersandung sanksi negara-negara barat atas invasi ke Ukraina. “Sedang kami upayakan, (saat ini) lagi susah,” kata Arifin saat ditemui di kantornya, dikutip pada Senin (25/3).
Arifin mengatakan sanksi negara-negara barat terhadap Rusia menyebabkan proyek ini mengalami masalah pendanaan. “Susahnya kan (perusahaan) Rusia, jadi tidak bisa jalan. Kalau kami jalan ya kami susah,” ujarnya.
Kendati demikian, Arifin menyebut pihaknya terus mencoba untuk menjaga proyek ini. “Sementara akan kami jaga, untuk keputusan akhir investasi nanti saya cek lagi,” ucapnya.