Potensi Perang Iran vs Israel, Harga Minyak Bisa Melonjak ke US$ 140

Youtube CBC News
Israel menyerang Kedutaan Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024 yang kemudian dibalas Iran dengan melancarkan sekitar 300 pesawat tanpa awak dan rudal ke wilayah Israel pada 13 April.
Penulis: Mela Syaharani
16/4/2024, 11.06 WIB

Serangan Iran terhadap Israel telah meningkatkan risiko geopolitik di pasar minyak dalam waktu dekat. Iran meluncurkan lebih dari 300 pesawat tak berawak serta rudal ke Israel sebagai aksi pembalasan atas serangan konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu.

Kondisi ini mendorong beberapa bank di dunia untuk menaikkan perkiraan harga minyak mereka. Citi, misalnya, menaikkan proyeksi harga minyak untuk jangka pendeknya menjadi US$ 88 per barel dari US$ 80 sebab premi risiko yang lebih tinggi.

Akan tetapi, Citi mengatakan bahwa pasar saat ini tidak memperhitungkan potensi kelanjutan konflik habis-habisan antara Iran dan Israel yang dapat mendorong harga minyak ke US$ 100 lebih per barel.

Citi mengatakan setiap de-eskalasi dapat membuat harga minyak turun kembali dengan cukup tajam ke kisaran US$ 70-an atau US$ 80-an per barel. Sebelumnya, dua menteri senior Israel telah mengisyaratkan bahwa pembalasan terhadap Iran tidak akan segera terjadi dan bahwa Israel tidak akan bertindak sendiri.

Societe Generale (SocGen), bank investasi yang berbasis di Paris, Prancis, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa risiko geopolitik kemungkinan besar akan tertanam dalam harga minyak mentah di masa mendatang.

Bank tersebut telah menaikkan perkiraan Brent menjadi US$ 91 per barel pada kuartal kedua dan WTI menjadi US$ 87,5. Mereka juga memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata harga US$ 86,8 dan WTI US$ 83,3 selama 2024.

"Kami masih melihat aksi militer AS atau Iran secara langsung sebagai risiko lanjutan, kemungkinannya telah meningkat dari 5% menjadi 15% dengan harga minyak mentah di bawah skenario seperti itu dengan mudah melonjak di atas US$ 140," kata Socgen dikutip dari Reuters pada Selasa (16/4).

Sebagai informasi, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 46 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 90,56 per barel. Sementara minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman Mei naik 43 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 85,84 per barel.

Inggris, Perancis, Jerman dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa bergabung dengan Washington dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres saat menyerukan untuk menahan diri dalam konflik Iran-Israel.

J.P. Morgan mengatakan dalam sebuah catatan bahwa prospek minyak tampaknya bergantung pada respon militer Israel terhadap serangan Iran. "Di luar lonjakan jangka pendek yang disebabkan oleh geopolitik, kasus dasar kami untuk minyak tetap berada di US$ 90 Brent hingga Mei," kata Morgan.

Analis Kpler, Viktor Katona, mengatakan harga minyak dapat bergerak di luar kendali pada kisaran US$ 100 per barel apabila ada gangguan pasokan yang tidak terduga. Misalnya pangkasan pasokan Libya atau adanya penyerangan infrastruktur pelabuhan Rusia oleh Ukraina.

Sebagai informasi, pada awal bulan ini sebuah pesawat tak berawak Ukraina menghantam kilang minyak terbesar ketiga di Rusia. Menurut perhitungan Reuters, sekitar 14% dari kapasitas penyulingan Rusia telah ditutup oleh serangan pesawat tak berawak dan perang di Ukraina kini telah memasuki tahun ketiga.

Reporter: Mela Syaharani