Malaysia akan Pangkas Subsidi BBM Senilai Lebih Rp13 Triliun per Tahun

pixabay.com/CryptoSkylark
Menara Petronas, Malaysia.
Penulis: Happy Fajrian
22/5/2024, 11.04 WIB

Malaysia akan mulai memotong subsidi BBM untuk meningkatkan posisi fiskalnya. Kebijakan ini akan dimulai dengan solar, sebuah langkah yang akan menghemat sekitar 4 miliar ringgit (US$ 852 juta) atau sekitar Rp 13,6 triliun per tahun.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah berulang kali berjanji untuk beralih dari subsidi menyeluruh ke sistem yang ditargetkan, terutama untuk kelompok berpenghasilan rendah.

Malaysia antara lain mensubsidi BBM, minyak goreng, beras, dan barang-barang lainnya, namun kenaikan harga komoditas telah menyebabkan kenaikan biaya dalam beberapa tahun terakhir, sehingga membebani kas pemerintah.

Anwar mengatakan penghematan dari pemotongan subsidi dapat disalurkan kembali kepada mereka yang membutuhkan, termasuk bantuan tunai kepada pemilik kendaraan diesel yang memenuhi syarat seperti petani padi dan pedagang kecil.

“Saya mengingatkan bahwa subsidi apa pun yang ditargetkan tidak boleh membebani sebagian besar masyarakat,” kata Anwar dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (22/5).

“Reformasi subsidi solar hanya akan melibatkan konsumen di semenanjung Malaysia,” kata Anwar Ibrahim menambahkan tanpa memberikan tanggal kapan pemotongan subsidi akan berlaku. “Rincian lebih lanjut akan diumumkan kemudian”.

Malaysia diproyeksikan menghabiskan 52,8 miliar ringgit (sekitar Rp 179,9 triliun) untuk subsidi dan bantuan sosial tahun ini, turun dari perkiraan 64,2 miliar ringgit pada tahun 2023, menurut anggaran untuk tahun 2024.

Peralihan ke subsidi yang ditargetkan terjadi ketika Malaysia berupaya menerapkan reformasi ketenagakerjaan dan mengatasi stagnasi upah di tengah kenaikan harga.

Anwar bulan ini mengumumkan kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 13% mulai Desember, dan berjanji untuk menerapkan usulan kebijakan upah progresif dan langkah-langkah lain untuk meningkatkan pendapatan.

Anwar mengatakan pajak keuntungan modal atas pelepasan saham yang tidak terdaftar dan pungutan baru lainnya yang diperkenalkan tahun ini akan menghasilkan peningkatan pendapatan pajak sekitar 4,5 miliar ringgit (Rp 15,3 triliun), sementara reformasi subsidi listrik dapat menghemat sekitar 4 miliar ringgit (Rp 13,6 triliun).

Inflasi diperkirakan akan meningkat setelah penghapusan subsidi menyeluruh. Bank sentral Malaysia memproyeksikan inflasi umum akan berkisar 2-3,5% tahun ini, dibandingkan dengan 2,5% pada 2023, setelah memperhitungkan rencana subsidi dan penyesuaian pengendalian harga.

Malaysia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,7% pada 2023, turun tajam dari angka tertinggi dalam 22 tahun sebesar 8,7% pada 2022. Pada kuartal pertama, ekonomi tumbuh sebesar 4,2%, mengalahkan perkiraan para analis yang didukung oleh belanja rumah tangga yang lebih tinggi dan pemulihan ekonomi dan ekspor.