Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menyebut perusahaan-perusahaan batu bara saat ini perlu melakukan efisiensi. Langkah tersebut diperlukan untuk menekan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
“Apalagi tren harga batu bara kan memang cenderung turun, lalu kondisi pasar batu bara saat ini kelebihan pasokan, jadi perusahaan perlu efisiensi,” kata Hendra saat ditemui di Jakarta pada Kamis (13/6).
Pelemahan nilai rupiah akan berdampak pada naiknya biaya operasional pertambangan. Sebab, kendaraan alat berat dan suku cadangnya masih banyak memakai produk impor.
Di sisi lain, pelemahan rupiah akan berdampak positif bagi ekspor batu bara. "Harganya akan turut terdongkrak," ujarnya.
Rupiah Hari Ini
Nilai tukar rupiah hari ini menguat setelah terjadi penurunan pada Rabu lalu. Angkanya dibuka Rp 16.275 per dolar AS setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25% hingga 5,5%.
Sejumlah analis dan ekonom memperkirakan penguatan rupiah akan berlanjut pada hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat potensi penguatan pada level Rp 16.200 - Rp 16.330 per dolar AS.
Menurut Fikri, penguatan rupiah kali ini didorong oleh empat faktor. Pertama, penurunan risiko geopolitik di Uni Eropa, khususnya Prancis. Kedua, adanya harapan penurunan risiko geopolitik di Timur Tengah.
Ketiga, mulai meningkatnya risiko di global market yang diharapkan akan mendorong arus modal asing masuk ke Indonesia. Keempat, inflasi AS kembali melandai di level 3,3% pada Mei 2024.
"Proyeksi suku bunga The Fed mencerminkan kemungkinan penurunan suku bunga satu kali di tahun ini dan empat kali pada 2025," kata Fikri.