Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui bahwa pelaksanaan hilirisasi minerba di Indonesia belum sepenuhnya berkeadilan. Hal tersebut ia sampaikan dalam Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kamis (11/7).
“Saya harus jujur di ruangan ini, untuk pemerintah pusat dan investor, sudah sangat baik. Tetapi dana transfer ke daerah, pemberdayaan pengusaha daerah, dan untuk rakyat belum maksimal,” kata Bahlil.
Dia mengatakan dengan kondisi saat ini negara harus membuat formulasi dalam rangka mendorong investasi yang berkeadilan dan berorientasi pada lingkungan. Bahlil mencontohkan salah satu langkahnya adalah dengan membuat formulasi aturan hilirisasi.
Bahlil menyebut memang hilirisasi ini adalah hal baru bagi Indonesia, sehingga ketika melaksanakan baru mengetahui dimana saja letak permasalahannya.
“Nah tugas kita sekarang adalah memperbaiki yang belum sempurna. Untuk urusan ketimpangan, ini harus dipikirkan, karena setiap investasi yang masuk itu harus melahirkan lapangan pekerjaan dan mengurangi ketimpangan,” ujarnya.
Bahlil mengatakan hilirisasi merupakan sebuah jalan menuju Indonesia emas. Dia menyebut, pemerintah pertama kali mendorong hilirisasi untuk sektor nikel pada Oktober 2019.
Dia mengatakan hal ini dikarenakan pendapatan negara dari hasil ekspor nikel periode 2017-2018 hanya berkisar US$ 3,3 miliar saja. Melihat hal ini pemerintah kemudian berhenti mengekspor ore nikel ke Eropa dan secara masif membangun industri dalam negeri.
“Pada 2023 nilai ekspor kita dari hasil hilirisasi nikel mencapai US$ 33,5 miliar, naik 10 kali lipat hanya waktu empat sampai lima tahun,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat kinerja industri logam tumbuh lebih kencang dibandingkan sektor-sektor lain. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim, pertumbuhan industri logam dasar didorong oleh hilirisasi.
"Industri logam pada kuartal pertama tumbuh 11-18%, jauh di atas pertumbuhan sektor lain. Ekspor logam meningkat dari 8,74% menjadi 16,74%. Tentu capaian ini tidak lepas dari hilirisasi," ujar Airlangga di Jakarta, Rabu (10/7).