Pemerintah Targetkan Lifting Minyak 600 ribu Bph pada 2025, Mungkinkah Tercapai?

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Foto udara anjungan lepas pantai Sepinggan Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), Kalimantan Timur, Selasa (26/3/2024).
Penulis: Mela Syaharani
16/8/2024, 15.23 WIB

Pemerintah menargetkan lifting minyak bumi pada 2025 mencapai 600 ribu barel per hari (bph) dan gas bumi sebanyak 1,005 juta barel setara minyak per hari (boepd).

Target tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam Pidato Presiden pengantar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dan Nota Keuangan di gedung DPR RI, Jumat (16/8).

“Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan berada pada US$ 82 per barel. Lifting minyak diperkirakan mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari,” kata Jokowi.

Target lifting migas 2025 ini jumlahnya menurun dibandingkan 2024, dengan porsi penurunan 5,51% untuk lifting minyak bumi yang sebelumnya ditetapkan 635 ribu bph pada 2024. Sementara untuk lifting gas bumi menurun 2,71% dari target 2024 mencapai 1,033 juta boepd.

Meski target lifting migas 2025, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan target tersebut sulit untuk dicapai sebab menurutnya industri migas Indonesia saat ini sedang sunset. Ditambah dengan capaian PPh migas per Juli 2024 yang menurun 13% secara tahunan.

“Indonesia makin terjebak jadi negara net importir minyak, membuat beban subsidi dan kompensasi energi berat bagi APBN 2025. Jadi ya kita tidak bisa banyak berharap dari sektor migas tahun depan, segera beralih ke energi terbarukan sehingga beban ke APBN nya bisa berkurang,” kata Bhima kepada Katadata.co.id.

Selain minyak, Bhima juga pesimis dengan target lifting gas bumi domestik tahun depan. Bhima mengatakan industri hulu gas saat ini dalam kondisi sulit karena biaya investasi gas tinggi.

“Bahkan ada upaya untuk mendorong CCS sebagai cara membuat gas tetap relevan jangka panjang. Tentu nya secara keekonomian masih mahal, jadi lifting gas juga sulit tercapai,” ujarnya.

Berbeda dengan Bhima, Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan target lifting untuk gas bumi domestik Indonesia masih bisa untuk dicapai.

“Untuk gas realistis, tapi untuk produksi minyak tidak realistis. Berdasarkan data historis, saya perkirakan produksi minyak di bawah 600 ribu bph,” kata Fahmy kepada Katadata.co.id dihubungi terpisah.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025 telah mematok target lifting minyak dan gas pada 2025. Jika dibandingkan dengan APBN 2024, angka lifting dalam KEM PPKF lebih rendah.

“Dengan mencermati tensi geopolitik yang saat ini masih berlanjut maka lifting minyak bumi 580 ribu sampai 601 ribu barel per hari dan lifting gas 1.004-1.047 ribu barel setara minyak per hari,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pidatonya saat Rapat Paripurna DPR RI pada Senin (20/5).

Reporter: Mela Syaharani