Bulog Catat Beras Impor Sejak 2018 Masih Tersisa 900 Ribu Ton

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Baru Cisaranten Kidul Perum Bulog, Bandung, Jawa Barat, Jumat (13/12/2019). Jelang Natal dan Tahun Baru Bulog mencatat, beras sisa impor yang tersimpan di gudang masih sebesar 900 ribu ton.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
5/2/2020, 21.02 WIB

Bulog harus menyerap beras saat musim panen, sehingga stok beras di gudang akan meningkat dan kapasitas gudang menjadi semakin penuh lantaran beras eks impor itu semakin sulit untuk dikeluarkan."Ini jadi masalah," ujar dia.

Untuk menyalurkan beras tersebut agar bisa keluar dari gudang, Bulog harus melakukan pemrosesan ulang dengan cara mencampurkan beras pera dengan beras pulen. "Karena beras jenis pera hanya dikonsumsi di beberapa provinsi saja," ujar dia.

(Baca: Bulog: 20 Ribu Ton Beras Turun Mutu Dilelang untuk Etanol)

Sebelumnya dikabarkan, Bulog memiliki banyak stok beras yang menumpuk di gudang. Hal ini mengakibatkan 20 ribu ton beras di gudang Bulog terancam dibuang lantaran mengalami penurunan mutu akibat disimpan lebih dari setahun (disposal stock).

Kebijakan disposal stock sebetulnya merupakan hal wajar dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Aturan itu menjelaskan, CBP dapat dibuang bila waktu simpan telah melebihi empat bulan dengan mutu yang mulai menurun.

Namun, beras tersebut juga bisa diolah menjadi produk turunan lainnya seperti tepung, ethanol, atau dihibahkan sebagai pakan ternak. Bila dibiarkan terus di gudang, beras tersebut akan semakin buruk kualitasnya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika