Gunakan Data Tunggal, Mendag Janji Bakal Selektif Impor Pangan

ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Petani menanam bibit padi di areal persawahan kawasan Ujung Menteng, Kanal Banjir Timur, Jakarta, Kamis (7/11/2019). Kementerian berharap, sinkronisasi data tunggal pangan dapat memudahkan pengambilan kebijakan pangan.
Penulis: Ekarina
10/1/2020, 11.53 WIB

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono sebelumnya menjelaskan beberapa komoditas perkebunan unggulan yang produksinya akan digenjot yaitu karet, cokelat, kopi, kelapa, lada, dan pala.

"Ini adalah frame bagaimana caranya agar produksi naik 7% per tahun, sehingga selama lima tahun bisa menjadi 35%," kata dia di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (8/1).

(Baca: Impor Konsumsi Melonjak, Neraca Dagang November Defisit US$ 1,3 Miliar)

Ia menambahkan, pihaknya telah bertemu dan meminta komitmen dari sederet pimpinan perusahaan dan eksportir, serta Dewan Komoditas Perkebunan dan Asosiasi Pengusaha/ Eksportir perkebunan.

Beberapa perusahaan yang telah diajak bertemu antara lain 26 perusahaan sawit, 13 perusahaan kopi, 10 perusahaan kakao, 12 perusahaan kelapa, 18 perusahaan karet, 18 perusahaan rempah, 7 perusahaan minyak atsiri, 2 perusahaan mete dan perusahaan komoditas perkebunan lainnya.

Adapun bisnis di sektor perkebunan disebut berkontribusi besar bagi perekonomian. Data BPS tahun 2018, komoditas perkebunan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar Rp 489,25 Triliun, dengan nilai ekspor mencapai US$ 27,9 miliar atau Rp 402,6 Triliun.

Reporter : Amelia Yesidora (Magang) 

Halaman: