Lawan Diskriminasi Sawit Eropa, Pengamat Usulkan B30 hingga Retaliasi

ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019).
Editor: Ekarina
28/11/2019, 17.26 WIB

"Diskriminasi terhadap CPO Indonesia juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Eropa," kata Jokowi saat bertemu dengan delegasi Dewan Bisnis Uni Eropa-Asean di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11).

(Baca: Menko Ekonomi Sebut Penerapan B30 Bisa Hemat Devisa US$ 8 Miliar)

Kepala Negara mengatakan Indonesia bersama dengan para produsen CPO telah berupaya memberikan berbagai data dan penjelasan kepada Uni Eropa. Hanya saja, Uni Eropa bergeming atas upaya Indonesia tersebut.

Dia mengaku bakal membawa masalah ini ke perundingan IEU-CEPA. Saat ini, baik Indonesia maupun Uni Eropa telah membentuk kelompok kerja untuk membahas masalah CPO. "Saya berharap kelompok kerja itu dapat berkontribusi terhadap penyelesaian masalah CPO," kata Jokowi.

Jokowi sebelumnya meminta CPO lebih banyak diolah untuk kepentingan dalam negeri. Hal tersebut dinilai lebih baik dibandingkan mengekspor ke Uni Eropa. “Kenapa harus bertarung dengan Uni Eropa saat CPO kita di-banned, didiskriminasi? Kita pakai sendiri saja,” kata Jokowi dalam acara Kompas CEO 100 Forum 2019 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (28/11).

Hingga saat ini, minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dan penyumbang devisa terbesar. Kontribusi devisa minyak sawit tak kalah dari batu bara yang mencapai US$ 18,9 miliar atau setara Rp 265 triliun pada 2018, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data yang Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi minyak sawit Indonesia per September 2019 (year to date) mencapai 36 juta ton atau naik 13% dibandingkan produksi pada periode yang sama 2018.

Dari total produksi tersebut, yang terserap di pasar ekspor mencapai 26 juta ton. Volume ekspor tersebut naik 13% dibandingkan ekspor Agustus 2019 dan naik 4% dibandingkan ekspor pada periode yang sama tahun 2018.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto