Buka Tutup Pabrik di Tengah Persaingan yang Ketat
GM Indonesia kembali menghadapi masa-masa suram. Penjualan Chevrolet Blazer jeblok. Pabrik di Bekasi yang memiliki kapasitas produksi 40 ribu unit per tahun pun terpaksa ditutup. Sejak 2006, GM Indonesia memfokuskan kegiatannya sebagai distributor melalui PT GM Autoworld Indonesia.
Perlu waktu sekitar enam tahun bagi GM untuk memutuskan menanamkan modal kembali di Indonesia. Pada 2011, GM berkomitmen menginvestasikan dana US$ 150 juta untuk membangun kembali bisnisnya di Indonesia. Pabrik di Bekasi pun dibangun kembali pada 2012 dan dibuka 8 Mei 2013.
GM Indonesia menyatakan pabrik di Bekasi tersebut merupakan bagian terpenting dari strategi pertumbuhan perusahaan dan upaya memperluas pemasaran di Indonesia dan Asia Tenggara. Pabrik yang mempekerjakan 700 pekerja itu merakit beberapa model, antara lain Chevrolet Spin dan Chevrolet Aveo.
Chevrolet Spin menjadi primadona pada awal masa peluncurannya. GM kebanjiran order hingga belasan ribu unit pada sepuluh bulan pertama produksi low multi purpose vehicle (LMPV) tersebut.
Namun ketika PT Honda Prospect Motor (HPM) meluncurkan Honda Mobilio pada 2014, nasib baik GM Indonesia berubah. Chevrolet Spin semula dijual dalam tiga varian mesin, yakni 1.200 cc, 1.300 cc, dan 1.500 cc. Setelah muncul Honda Mobilio, varian bermesin 1.200 cc dihentikan produksinya karena peminatnya tidak terlalu banyak.
GM Indonesia mengatakan perusahaan ingin fokus menjual Chevrolet Spin dengan mesin 1.300 cc dan 1.500 cc. Hingga akhir 2014, HPM berhasil menjual 78.154 unit Honda Mobilio. Sementara itu, penjualan Chevy Spin di pasar domestik hanya mencapai 8.412 unit dan pasar ekspor 3.000 unit.
Total jumlah kendaraan yang dijual GM tahun itu hanya sebanyak 10.018 unit atau setara dengan pangsa pasar di bawah 1%. Pada saat yang sama, produsen otomotif merek Jepang menguasai lebih dari 90% pasar mobil di Indonesia.
(Baca: Pasar Domestik Lesu, Target Penjualan Mobil Dipangkas Jadi 1 Juta)
Menghentikan Produksi Chevrolet Spin pada 2015
Selain kompetisi yang ketat dengan produsen otomotif merek Jepang, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan sulitnya akses terhadap pemasok suku cadang lokal membuat biaya produksi Chevrolet lebih mahal. Kapasitas produksi pabrik di Bekasi hanya terpakai kurang dari seperempat dari kapasitas optimal yang mencapai 40 ribu unit.
Alhasil, pabrik di Bekasi justru menjadi beban bagi GM. "Kami tidak bisa mendorong produksi Spin untuk mendongkrak volume penjualan seperti yang kami harapkan walaupun produksinya sangat bagus," kata Executive Vice President dan President GM International, Stefan Jacoby, kepada Reuters.
Pabrik GM Indonesia di Bekasi ditutup kembali pada 2015. Perusahaan memilih fokus menjadi agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang mengurus penjualan. Produsen otomotif asal AS ini memusatkan penjualan pada model crossover dan SUV, seperti Trax, Captiva, dan Trailblazer.
(Baca: Korporasi Dunia yang Memutuskan Hengkang dari Indonesia)