Dukungan lainnya, Takalar juga memiliki kawasan pantai dan waterfront yang bisa dimanfaatkan menjadi lahan pembangunan pelabuhan khusus serta  ketersediaan air yang melimpah.

Dikutip dari situs perseroan, KBN memboyong sejumlah investor Tiongkok dengan potensi investasi  sekitar Rp 42 triliun. Investasi ini merupakan kelanjutan dari memorandum of cooperation (MOC) antara KBN dengan CMRA (China Nonferrous Metals Industry Association Recycling Metal Branch).

Direktur Pengembangan KBN, Rahayu Ahmad Junaedi mengatakan, Sulsel menjadi salah satu daerah yang ditawarkan untuk menjadi kawasan industri logam selain Kuala Tanjung di Sumatera Utara dan Rembang, Jawa Tengah.

Karenanya, dia berharap industri logam, alumunium, tembaga, dan seng yang merupakan non ferrous adalah bahan baku utama untuk pembuatan kendaraan bisa melakukan proses pengolahan di kawasan itu. 

(Baca: Gaet Investor, Jababeka Harap Infrastruktur Morotai Segera Dibangun)

Sementara itu, Bupati Takalar H. Syamsari mengaku optimistis dengan pembangunan kawasan industri  berpeluang menumbuhkan daerahnya maupun penunjang industri di lokasi ibukota baru nantinya.

Pembangunan kawasan tersebut sudah berlangsung dari tahun lalu. "Kami yakin, melalui kawasan industri ini, nantinya Sulawesi Selatan termasuk Makassar, Kabupaten Takalar dan Bantaeng akan menjadi penyokong sektor industri di ibukota baru karena berhadapan langsung,” ujarnya.

Sejumlah investor Tiongkok bahkan menurutnya mulai banyak melirik kawasan itu karena memiliki jalur transportasi laut yang langsung, tidak perlu lagi ke Selat Malaka. 

Halaman: